Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Arif Baharudin mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat didukung oleh konsumsi. Untuk itu, pemerintah mempercepat realisasi belanja yang diharapkan mampu menjaga konsumsi masyarakat di tengah tekanan ekonomi global.
"Sehingga pada kuartal I sudah diarahkan akan ada pendorong konsumsi belanja negara, maka kita bisa mengupayakan untuk mendorong sisi konsumsi rumah tangga," kata dia dalam keterangan di Jakarta, Minggu, 16 Februari 2020.
Beberapa langkah yang akan diambil pemerintah yaitu, mempercepat realisasi belanja Kementerian/Lembaga, terutama belanja bantuan sosial seperti PKH dan kesehatan, serta belanja non operasional. Kedua, mendorong dan mempercepat belanja padat karya untuk kegiatan produktif yang menyerap banyak tenaga kerja, seperti belanja infrastruktur di pusat dan daerah.
Ketiga, mendorong pusat-pusat pariwisata melalui berbagai program pendukung, seperti percepatan pembangunan lima destinasi pariwisata super prioritas yakni Danau Toba, Borobudur, Likupang, Labuan Bajo, dan Mandalika. Pemerintah juga akan menyiapkan kebijakan fiskal dan non-fiskal untuk menstimulasi sektor pariwisata.
Keempat, mengoptimalkan peran APBN sebagai instrumen yang fleksibel dalam merespon situasi ekonomi (countercyclical) dengan tetap dalam batasan yang aman dan terkendali. Kelima, mempercepat penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR), termasuk perluasan sasaran.
Tekanan ekonomi Tiongkok akibat virus korona berpotensi memberi efek limpasan ke negara-negara mitra termasuk Indonesia melalui beberapa transmisi seperti sektor pariwisata, perdagangan internasional, dan aliran investasi.
Meskipun perhitungan proyeksi masih diliputi ketidakpastian, namun institusi-institusi memperkirakan bahwa dampak pada ekonomi Indonesia tidak sebesar negara-negara lain, seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, atau Singapura yang mempunyai hubungan lebih besar terhadap ekonomi Tiongkok.
Dampak virus korona sangat terasa pada pergerakan arus orang dari Tiongkok ke Indonesia setelah diberlakukannya larangan penerbangan dari/ke Tiongkok. Pergerakan penumpang masuk asal Tiongkok mencapai puncak di 25 Januari 2020 dan mengalami penurunan drastis hingga saat ini jumlah penumpang Tiongkok mencapai kurang dari 500 orang.
Selanjutnya, untuk mengukur limpasan virus korona melalui transmisi perdagangan internasional, perlu dicermati kinerja ekspor impor Indonesia khususnya dengan Tiongkok di awal tahun 2020. Di periode ini, arus barang ke dan dari Tiongkok juga banyak dipengaruhi faktor lain, seperti faktor musiman Hari Raya Imlek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News