Hal itu disampaikan Syahrul saat menghadiri Rakernas Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani), di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2019. Acara ini dihadiri perwakilan penyuluh dari 34 provinsi.
Pertanian modern tidak selalu identik dengan peralatan atau permesinan canggih. Sistem manajemen yang sempurna juga bagian dari modernisasi pertanian.
"Penyuluh itu frame akademik dan intelektual kelompok tani dan petani. Oleh karena itu penyuluh makin dikuatkan agar mereka bisa mentransfer berbagai kemampuan itu kepada petani," kata Syahrul.
Untuk memuluskan strategi itu, ia menekankan pentingnya peran penyuluh pertanian yang menjadi role model bagi para petani. Para penyuluh harus memiliki tingkat intelektual tinggi sehingga mampu memberikan pemahaman, mentransfer ilmu pertanian kepada petani di lapangan.
"Penyuluh juga harus menguasai manajemen pertanian dari hulu ke hilir supaya bisa dijabarkan dengan baik. Perilaku bertani dari penyuluh juga penting karena itu akan menciptakan budaya tani baru. Kita harap bisa lebih efektif pertaniannya," ujarnya.
Industri pertanian kini telah menjadi sektor yang difokuskan negara maju dalam memenuhi kebutuhan pangan warganya. Langkah itu pun perlu ditiru di Tanah Air lantaran menjadi petani sangat menjanjikan bagi masa depan.
"Kalau penyuluh malas petani malas, penyuluh memang harus tidak miskin, kalau miskin kita semua miskin, pertanian ini sumber orang untuk jadi kaya," ungkapnya.
Dengan pemanfaatan teknologi modern hasil panen bisa naik 15 hingga 20 kali lipat. Oleh karena itu, peran penyuluh sangat penting untuk menularkan ilmunya kepada para petani.
"Kalau penyuluh hebat petani hebat, kalau penyuluh miskin petani juga miskin. Penyuluh harus kaya, tapi petani juga," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News