"Kita ingin supaya bunga kredit perbankan dapat turun lebih cepat," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, di Bandung, Jawa Barat, seperti diberitakan Kamis 28 September 2017.
Masih lambatnya penurunan tingkat suku bunga kredit perbankan, lanjut Agus, karena perbankan sedang menyehatkan tingkat kredit bermasalahnya. Alhasil, bank-bank lebih ingin mempertebal tingkat pencadangan agar rasio kredit bermasalah bisa terjaga dengan baik.
"Karena NPL itu di kisaran tiga persen gross, secara nett itu ada di 1,4 persen. Tapi pasti untuk menyelesaikan bunga mungkin perbankan masih harus menunggu depositonya yang satu, tiga, dan enam bulan itu jatuh tempo," terang Agus.
Penurunan suku bunga kredit, masih kata Agus, diperkirakan akan dilakukan perbankan secara bertahap. Paling tidak penurunan suku bunga kredit bank diproyeksikan akan terjadi di 2018 mendatang. Untuk tahun ini, sambung dia, penurunan suku bunga kredit perbankan belum akan signifikan.
"Jadi, kita perkirakan penurunannya akan bertahap sampai dengan dua kuartal hingga tiga kuartal ke depan. Jadi, kita lihat nanti di 2018 sudah cukup banyak yang turun," jelas Agus.
Senada dengan Agus, Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto menyebutkan, penurunan suku bunga kredit perbankan tidak bisa secepat seperti penurunan suku bunga deposito. Sebab, suku bunga kredit mempunyai tenor yang panjang, sedangkan suku bunga deposito terbilang pendek.
"Semuanya butuh waktu karena, misalnya, kalian lihat deposito dibandingkan kredit itu terjadi perbedaan. Mereka kan tidak mungkin langsung mengubah di mana kredit itu jangka panjang jadi tidak bisa langsung turun. Jadi penurunannya secara bertahap," pungkas Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News