Salah satu daerah yang masih mendukung program raskin itu adalah masyarakat di DI Yogyakarta. Para warga Kota Gudeg itu mengaku masih amat bergantung dengan program raskin untuk memenuhi salah satu kebutuhan pokok. Raskin dinilai meringankan beban hidup mereka.
"Kami sangat menyayangkan kalau program ini dihapus atau dihentikan. Sebaiknya harus dipikir ulang karena sangat membantu rakyat miskin," ujar Ahmad Mustofa, penanggung jawab Desa Wukirsari, Yogyakarta, melalui siaran pers yang diterima Rabu (14/5/2014).
Sebanyak 1007 warga yang tergabung dalam pokmas atau kelompok masyarakat yang jadi wadah warga lapis bawah untuk penyaluran raskin mengaku tidak mengerti jika terjadi kebocoran anggaran atau penyelewengan.
Jikapun terjadi kebocoran dalam implementasi program ini, menurut Mustofa, hal itu merupakan tugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lembaga terkait untuk mengusut. Ia mengibaratkan sebuah lumbung padi, untuk menangkap tikus yang ada di dalamnya tidak harus membakar lumbung padi itu.
"Tapi KPK harus mengakomodasi kebutuhan masyarakat penerima raskin. Oknumnya yang harus ditangkap, jangan hapus programnya," jelas Mustofa.
Menurut Mustofa, raskin amat membantu warga memenuhi kebutuhan pangan. Dari 20-25 kilogram beras yang dibutuhkan satu keluarga miskin per bulan, 15 kilogram dipenuhi dari raskin. Selisih uang dari belanja raskin, kata Mustofa, bisa dialokasikan untuk memenuhi gizi, yakni memberi lauk pauk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News