Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Solikin M Juhro mengatakan, penurunan tersebut diharap dapat meningkatkan kapasitas pembiayaan perbankan. Namun begitu, dampak kebijakan moneter yang dilakukan BI itu baru akan berdampak dalam waktu tiga hingga lima bulan mendatang.
"Dampaknya baru terasa 3-5 bulan untuk pertumbuhan kredit. Tahun ini (pertumbuhan kredit perbankan) sebesar 11-13 persen dan tahun depan sebesar 12-14 persen. Ini bisa meningkatkan pembiayaan perbankan dan menopang pertumbuhan GDP kita," ujar Solikin ditemui di gedung BI, Jalan MH Thamrin No 2, Jakarta Pusat, Selasa (1/12/2015).
Dia meyakini, pertumbuhan kredit tahun depan akan semakin membaik karena sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter dengan pemangkasan GWM Primer menjadi 7,5 persen. "Menurut hitung-hitungan kita, ada potensi tambahan pinjaman sebanyak Rp18 triliun-Rp23 triliun," papar Solikin.
GWM Primer merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter, selain suku bunga acuan (BI Rate). Secara umum, GWM Primer adalah jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank di Bank sentral, yang besarnya ditetapkan oleh BI sebesar persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK).
GWM Primer ditujukan untuk memengaruhi likuiditas sehingga dapat berpengaruh kepada suku bunga maupun kapasitas penyaluran kredit bank. Terdapat beberapa macam GWM yang wajib dipelihara oleh bank umum, antara lain GWM Primer dalam Rupiah, GWM Sekunder dalam Rupiah, dan GWM dalam Valuta Asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News