Direktur Industri Minuman dan Tembakau Kementerian Perindustrian Faiz Ahmad mengakui hal itu. Menurut dia, depresiasi rupiah membuat biaya produksi meningkat hingga 10 persen, bahkan hal tersebut juga berimplikasi pada biaya distribusi yang diprediksi meningkat hingga lima persen.
"Biaya produksi akan terbebani. Dampaknya terutama dari biaya distribusi yang kemungkinan akan naik. Saya kira dari sisi bahan baku memang mungkin akan membuat distribusi naik sepuluh persen, juga akan berdampak pada kenaikan distribusi 4-5 persen," ungkap Faiz ditemui di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto Kav 71-73, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (18/3/2015).
Dia melanjutkan, kenaikan ini juga bakal mempengaruhi harga mamin Indonesia. Bahkan, sebut dia, pengaruh terhadap harga makanan dan minuman olahan diprediksi bakal meningkat hingga 15 persen.
"Pasti, kenaikan kurs dolar (USD) bakal berpengaruh pada harga makanan dan minuman olahan yang bakal naik 10-15 persen," papar dia.
Faiz mengakui, saat ini harga mamin tersebut belum terjadi kenaikan. Namun, menjelang bulan suci Ramadhan, kenaikan tersebut bakal terjadi.
"Sekarang belum naik, saya yakin ini akan berat. Naiknya mendekati bulan puasa, karena di bulan puasa elastisitas konsumen itu berkurang. Mereka (konsumen) bakal beli walau tinggi," pungkas Faiz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News