Menteri Pertanian Amran Sulaiman (baju putih tengah) -- ANTARA FOTO/Andika Betha
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (baju putih tengah) -- ANTARA FOTO/Andika Betha

Tinjau Daerah, Mentan Curhat Jatah Tidur Hanya 2-3 Jam Sehari

Husen Miftahudin • 27 Januari 2015 09:31
medcom.id, Sukoharjo: Tinjau beberapa daerah Indonesia demi terwujudnya swasembada beras yang ditargetkan dalam tiga tahun mendatang, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengaku lelah. Pasalnya, hingga kini menteri yang berlatar belakang pengusaha itu telah mengelilingi hampir seluruh Indonesia.
 
Ia mengaku, sampai saat ini telah mengelilingi sebanyak 20 provinsi dan 60 kabupaten untuk meninjau daerah lumbung padi nasional demi kesiapan swasembada beras. Bahkan, dalam satu hari penuh, ia hanya memiliki waktu tidur dua sampai tiga jam per harinya.
 
"Tidur saya dua jam, rata-rata hanya dua sampai tiga jam dalam tiga bulan ini. Saya menjelajah sudah 20 provinsi dan 60 kabupaten se-Indonesia," ujar dia, dalam acara ramah tamah dengan Bupati Sukoharjo, di Wisma Boga, Jalan Ir. Soekarno (Solo Baru), Sukoharjo, Senin (26/1/2015) malam.

Dalam peninjauan tersebut, ternyata ia menemukan banyak masalah pada daerah yang menjadi andalan produktivitas padi nasional. Di antaranya adalah benih, pupuk, alat mesin pertanian (alsintan), irigasi dan penyuluh. Ia mengungkapkan, hal ini harus segera memperbaikinya agar tidak menjadi kendala dalam merealisasikan swasembada beras.
 
"Masalah pupuk, izinnya kalau belum ada biar saya yang urus. Izin-izin kami percepat, kecuali izin impor kami perlambat," tegas Amran.
 
Maka itu, cara pertama yang dilakukannya adalah dengan membuka selebar-lebarnya pupuk untuk petani. Selama ini, pupuk yang diperlukan petani selalu terlambat datang, sehingga menjadikan panen raya juga terhambat.
 
"Pupuk agar lebih tepat sasaran, tunjuk langsung. Tanaman padi tidak bisa ditunda, satu minggu ditunda itu ruginya satu ton, dua minggu (ditunda ruginya) dua ton, kalau lima juta hektare (ha) maka kita kehilangan lima juta ton, dan itu seharusnya kita bisa swasembada," cetus dia.
 
Lebih lanjut, ia menjelaskan, Indonesia juga harus menggunakan pupuk organik. Menurut dia, dengan pupuk organik, petani jadi lebih menghemat biaya produksi.
 
Soal impor pun jadi bahasan di dalam Kementerian Pertanian (Kementan). Ia dengan tegas akan menghambat impor, karena petani cabai merugi besar jika impor cabai terus diberlakukan.
 
"Impor cabai kami tahan, itu mencekik petani miskin, karena di saat Rp2 ribu tak ada yang teriak. Tetapi pas harga Rp80 ribu, pada berteriak. Kami sampaikan pada Mendag (Menteri Perdagangan) agar jangan impor," tegas Amran.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan