Hal penting yang kemudian perlu dipikirkan adalah insentif-insentif yang dapat diberikan pemerintah. Seperti insentif fiskal, insentif moneter, atau hal-hal yang bisa merangsang industri-industri itu.
Intinya semua tertuju pada penghematan devisa. Hal yang sudah pas dengan usulan Kadin.
Selain insentif, SBS mengatakan perlu juga memperhatikan ketersediaan sumber daya alam juga sumber daya manusia. "Untuk SDM kalau enggak ada jangan sungkan-sungkan datangkan dari luar saja yang penting kita harus bisa kuasai industri itu," tukas SBS.
Pemerintah dan khalayak perlu berpikir terkait keberadaan tenaga asing sebagai pegawai dapat mempercepat kemajuan industri. Bukan malah terlambat karena menunggu adanya tenaga ahli dari dalam negeri.
"Jangan karena tidak ada kita korbankan industrinya," ujar SBS. Pemerintah juga perlu memperhatikan segi pembiayaan.
Tapi, SBS meyakini jika Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro yang sudah mengatakan demikian berarti perencanaan matang sudah siap. Infrastruktur juga perlu dibangun, maka dari itu dia mengusulkan agar realisasi bank infrastruktur dapat dilakukan secepatnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan tiga jenis industri manufaktur yang akan dikembangkan untuk menghadapi MEA yakni industri manufaktur berbasis sumber daya alam, industri manufaktur berbasis konsumsi dalam jumlah besar, dan industri manufaktur berbasis barang subtitusi impor. Industri berbasis sumber daya alam akan difokuskan ke hilirisasi untuk memproduksi barang bernilai tambah, industri manufaktur berbasis konsumsi dalam jumlah besar akan mengikuti pola Tiongkok untuk meningkatkan skala ekonomi agar cost per unit bisa turun, lalu industri manufaktur berbasis barang subtitusi impor akan difokuskan untuk bahan baku dan barang modal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News