MEA. Dokumen Setkab
MEA. Dokumen Setkab

Memupuk Daya Imun Tenaga Kerja

Anshar Dwi Wibowo • 24 November 2014 14:15
medcom.id, Jakarta: Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diberlakukan akhir 2015 menandai era perdagangan bebas di seluruh negara ASEAN. Tidak hanya barang tetapi juga jasa di mana tenaga kerja masuk di dalamnya. Sadar akan hal tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggulirkan pelatihan tenaga kerja dengan sistem 3 in 1.
 
Sistem yang menggabungkan pelatihan berbasis kompetensi, sertfikasi, dan penempatan kerja tersebut telah diterapkan untuk menyaring tenaga kerja di sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Salah satunya di Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Semarang, Jawa Tengah. Selain itu, diklat sejenis sudah diselenggarakan di balai diklat industri Jakarta dan Surabaya.
 
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, peningkatan kinerja industri TPT mendorong lonjakan permintaan tenaga kerja. Baik untuk tingkat operator di bidang industri garmen maupun tenaga ahli di bidang industri TPT.

"Saya menyambut baik program pelatihan SDM Industri garmen berbasis three in one dan juga mengapresiasi program-program pendidikan vokasi berbasis kompetensi untuk menyiapkan tenaga kerja ahli bidang industri TPT," ujar Saleh saat kunjungan kerja ke BPSDM Semarang, pekan lalu.
 
Saleh mengungkapkan, industri TPT merupakan salah satu andalan industri manufaktur dan salah satu penggerak pembangunan ekonomi nasional. Selama 2013, produk TPT memberikan kontribusi nilai ekspor sebesar USD12,67 miliar atau meningkat 1,77 persen dibanding tahun sebelumnya. Nilai tersebut dengan 11,21 persen dari total ekspor non migas. Sementara nilai investasi industri TPT sampai dengan triwulan III/2014 sebesar Rp4,6 triliun (Penanaman Modal Asing/PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN). Adapun prospek pertumbuhan industri TPT masih sangat besar, sebab pangsa pasar industri tekstil Indonesia saat ini baru 2 persen.
 
"Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka peningkatan daya saing merupakan kata kunci yang harus diperhatikan agar industri tekstil nasional dapat terus meningkatkan eksistensi baik di pasar domestik maupun internasional," tuturnya.
 
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari mengungkapkan, untuk memenuhi permintaan tenaga kerja ahli bidang TPT pusdiklat industri Kemenperin menyeleggarakan program pendidikan diploma 1 dan 2 bidang tekstil sejak 2012. Diantaranya dilakukan di Surabaya, Semarang, Solo, dan Bandung. Mengingat, kebutuhan tenaga kerja sektor industri TPT tidak hanya mengalami peningkatan pada tingkat operator tetapi juga tingkat ahli D1, D2, D3, dan D4.
 
"Hal ini tercermin dari data permintaan tenaga kerja tingkat ahli ke Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Kemenperin yang setiap tahun 500 orang. Sementara STTT Bandung hanya mampu meluluskan 300 orang per tahun," katanya.
 
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Disperindag Jawa Tengah Edison P Ambarura mengatakan, ketreampilan siap pakai industri garmen tidak hanya menjadi modal untuk disalurkan pada industri. Namun, dapat pula digunakan sebagai bekal untuk membuka usaha mandiri. Dengan begitu dapat memperbaiki perekonomian masyarakat sekaligus meningkatkan daya saing SDM di Jawa Tengah.
 
"Jika kami tidak mampu meningkatkan SDM terampil, maka jangankan mengisi pasar tenaga kerja di ASEAN, di pasar dalam negeripun tenaga kerja Jawa Tengah akan selalu bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri," tukasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan