Masker. Foto : AFP.
Masker. Foto : AFP.

BPS Tak Hitung Inflasi Harga Masker

Husen Miftahudin • 02 Maret 2020 19:56
Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) tak menghitung tingkat inflasi dari lonjakan harga masker. Meski harganya sudah 'selangit', namun masker tidak masuk dalam bagian dari barang yang di survei Indeks Harga Konsumen (IHK).
 
"Untuk masker enggak masuk paket komoditas Indeks Harga Konsumen. Ini kan sebetulnya kejadian yang di luar kebiasaan," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti dalam konferensi pers di kantor pusat BPS, Jalan Dr Sutomo, Jakarta Pusat, Senin, 2 Maret 2020.
 
Menurut Yunita, suatu komoditas akan dihitung inflasinya dengan memasukkannya ke dalam IHK jika komoditas tersebut sering digunakan masyarakat. Sementara, masker bukan merupakan komoditas yang selalu dibeli masyarakat.

"Untuk hitung atau memilih komoditas apa yang masuk itu berdasarkan survei komoditas apa yang banyak dikonsumsi rumah tangga. Sedangkan masker kan enggak, jadi enggak masuk," tegas Yunita.
 
Berdasarkan penelusuran Medcom.id ke beberapa penjual toko obat kelontong, toko ritel modern, hingga aplikasi penjualan daring (marketplace), masker sudah langka. Bila pun ada, harganya jauh di atas harga biasanya.
 
Di marketplace misalnya harga masker yang ditawarkan jauh di atas harga biasanya. Di Tokopedia, harga masker penutup mulut kemasan dengan isi tiga buah berkisar antara Rp18 ribu hingga Rp28 ribu.
 
Sementara di Shopee, harganya sekitar Rp10 ribu hingga Rp30 ribu. Padahal sebelum virus korona merebak, masker penutup mulut kemasan hanya dijual dengan harga antara Rp5 ribu hingga Rp15 ribu.
 
Untuk versi boks, Tokopedia menjual masker penutup mulut antara Rp200 ribu hingga Rp235 ribu dengan isi 50 buah. Di Shopee, dari Rp75 ribu sampai Rp200 ribu. Biasanya, masker kotakan isi 50 pcs ini hanya dihargai Rp25 ribu hingga Rp50 ribu.
 
Di toko obat kelontong, apotek, dan toko ritel modern seperti Indomaret hanya tersedia masker kemasan. Itu pun persediaannya terbatas. Harganya masih terbilang normal meski mengalami kenaikan, antara Rp8 ribu hingga Rp10 ribu per kemasan dengan isi tiga buah.
 
Sedangkan di retail kesehatan modern seperti Guardian dan Watsons, masker penutup mulut terjual habis. Masker kemasan maupun kotakan di toko tersebut ludes tak tersisa.
 
Sebelumnya, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak kepolisian mengusut tingginya harga masker di pasaran. Hal ini buntut mewabahnya virus korona di sejumlah negara.
 
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengaku menerima banyak aduan dari masyarakat terkait melambungnya harga masker. Harga yang naik hingga 100 persen ini membuat stok masker di toko-toko semakin langka.
 
"Ini sebuah tindakan yang tidak bermoral, karena bentuk eksploitatif terhadap hak-hak konsumen, mengambil untung secara berlebihan di saat terjadinya musibah," kata Tulus dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 7 Februari 2020.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan