Presiden RI Joko Widodo didampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin (kiri) dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional Charles Saerang (kanan) saat menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional VII Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia
Presiden RI Joko Widodo didampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin (kiri) dan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional Charles Saerang (kanan) saat menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional VII Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia

Industri Jamu Diyakini Dobrak Proteksi Luar Negeri

Husen Miftahudin • 26 Mei 2015 09:36
medcom.id, Jakarta: Pasar internasional masih memandang remeh produk-produk jamu. Mereka menganggap produk-produk jamu masih tak memiliki standar mutu higienitas, sehingga pasar internasional memberlakukan proteksi yang cukup ketat dengan produk jamu tersebut.
 
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengatakan, produk jamu dari hasil industri nasional merupakan produk yang telah memiliki standar higienitas internasional. Mutu dan kualitas produk jamu di Indonesia tak lagi diragukan, sehingga ia meyakini produk jamu nasional bakal merobek proteksi luar negeri terhadap produk jamu.
 
"Kontrol kualitas di industri jamu semakin ketat karena ini demi mempertahankan kepercayaan konsumen. Saya yakin, pelaku industri jamu kita juga mampu memenuhi permintaan pasar global," ujar Saleh, usai menghadiri Musyawarah Nasional Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional Ke-7, seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima Metrotvnews.com, Jakarta, Selasa (26/5/2015).

Menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), omset industri jamu terus menanjak dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2014 penjualan produk jamu mencapai Rp15 triliun. Pada 2015, penjualan produk jamu meningkat lebih dari 30 persen menjadi Rp20 triliun.
 
Saat ini, terdapat 1.160 industri jamu yang terdiri dari 16 industri skala besar dan 1.144 industri skala kecil dan menengah yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia terutama di Pulau Jawa.
 
"Keberadaan jamu itu punya arti luas. Selain menjadi identitas nasional karena bagian dari budaya dan kearifan nenek moyang, jamu juga menghidupi 15 juta tenaga kerja," papar Saleh.
 
Ia menjelaskan, sebanyak tiga juta tenaga kerja terserap pada industri jamu yang berfungsi sebagai obat. Sedangkan 12 juta tenaga kerja lainnya, terserap di industri jamu yang telah berkembang ke arah makanan, minuman, kosmetik, spa dan aromaterapi.
 
Sebelumnya, pada Pembukaan Musyawarah Nasional Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional ke-7, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para pengusaha jamu yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional untuk secara serius dan berani mengembangkan jamu sebagai sebuah produk yang memberikan brand nasional.
 
Tujuannya, agar mampu memberikan citra dan persepsi bahwa jamu identik dengan Indonesia. "Indonesia itu jamu, harus berani membangun brand itu," tegas Jokowi.
 
Soal pasar ekspor, Jokowi mengaku, di negara mana pun jika produk tersebut berkaitan dengan makanan, minuman dan kesehatan, maka proteksinya akan semakin ketat. Maka itu, untuk menembus ptroteksi tersebut, pihak kementerian teknis terkait harus dapat menciptakan iklim usaha yang baik, yang kondusif bagi industri jamu dan obat tradisional.
 
"Demikian juga regulasi-regulasi yang terkait dengan pembinaan, pengawasan industri jamu dan obat tradisional harus mendukung industri jamu," pungkas Jokowi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan