"Meskipun perannya meningkat namun tetap masih berada di bawah 100 seperti halnya petani tanaman padi yang mengindikasikan bahwa pendapatan dan hasil perkebunan belum mampu mencukupi pengeluaran konsumsi rumah tangga petani," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar, di Denpasar, Kamis (14/5/2015).
Ia mengatakan, secara umum kenaikan peran subsektor perkebunan didorong oleh naiknya indeks yang dibayar petani (lt) sebanyak 1,35 persen lebih besar dari pada kenaikan indeks yang dibayar petani (lb) yang naik sebanyak 0,27 persen. Sejumlah komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya indeks yang dibayar petani antara lain kopi, kelapa dan tembakau.
Panasunan menjelaskan, kenaikan pada indeks yang dibayar petani sangat dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga yang naik sebanyak 0,21 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,50 persen.
Panasunan menjelaskan, subsektor perkebunan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. NTP Bali secara keseluruhan menurun 0,35 persen dari 103,41 persen pada Maret 2015 menjadi 103,05 persen pada April 2015.
Dari lima komponen yang menentukan pembentukan NTP Bali tiga diantaranya mengalami penurunan, meliputi subsektor tanaman pangan 3,37 persen, sektor perikanan 0,64 persen dan peternakan 0,03 persen. "Sedangkan dua subsektor mengalami peningkatan selain subsektor perkebunan rakyat juga hortikultura 0,67 persen," pungkas Panasunan Siregar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News