Pertumbuhan ekonomi yang stagnan di level lima persen selama lima tahun terakhir menjadi penyebab buruknya kinerja menko perekonomian. Padahal di awal pemerintahannya, Presiden Jokowi memasang target ambisius pertumbuhan ekonomi hingga tujuh persen.
"Menko Perekonomian lebih-lebih lagi. Dia bertangung jawab penuh atas tidak tercapainya pertumbuhan ekonomi. Menurut saya gatot, gagal total," kata Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah kepada Medcom.id di Jakarta, Selasa, 15 Oktober 2019.
Selama lima tahun kepemimpinan Presiden Jokowi, posisi Menko Perekonomian sekali mengalami pergantian. Di awal pemerintahan Jokowi, Sofyan Djalil sempat dipercaya menjadi Menko Perekonomian sebelum akhirnya di-reshuffle pada Agustus 2015 dan digantikan Darmin Nasution.
Piter menilai seharusnya Menko Perekonomian bisa menggerakkan timnya agar kinerja perekonomian sesuai yang diharapkan. Sayangnya, bersama dengan Menteri Keuangan (Menkeu) yang dianggap sebagai 'kapten' dalam tim ekonomi, juga tak mampu berbuat banyak.
"Tugas kemenko seperti manajer kesebelasan, dengan Menkeu sebagai kapten di lapangan. Kekalahan tim adalah kegagalan manajer dalam menyiapkan strategi dan kegagalan kapten dalam mengimplementasikan strategi di lapangan," kata Piter mengibaratkan.
Ia menambahkan regulasi yang seharusnya menjadi strategi mendongkrak perekonomian tidak berjalan efektif. Piter mencontohkan sejumlah regulasi yang diterbitkan seperti paket kebijakan ekonomi 'kurang menggigit' dalam upaya memperbaiki pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada 2014, pertumbuhan ekonomi tercatat 5,1 persen, namun kemudian turun menjadi 4,88 persen di 2015. Pertumbuhan ekonomi kembali meningkat jadi 5,03 persen di 2016, lalu 5,07 persen di 2017, dan 5,17 persen pada tahun lalu.
"Selama lima tahun terakhir target pertumbuhan ekonomi yang seharusnya menjadi KPI (indeks kinerja) Menkeu tidak pernah tercapai. Jadi, kalau merujuk tidak tercapainya pertumbuhan ekonomi bisa dikatakan baik menteri keuangan Bambang maupun menkeu Sri Mulyani sama-sama gagal," ungkapnya.
Tak cuma Menko Perekonomian, Piter menilai posisi Menkeu selama lima tahun terakhir juga tidak cemerlang. Meski mampu menjaga fiskal dengan hati-hati, sayangnya Menkeu tak banyak melakukan terobosan yang bisa berdampak pada perekonomian.
"Kegagalan Menkeu selama lima tahun terakhir menurut saya karena miskinnya terobosan. Fiskal dikelola dengan sangat hati-hati tanpa terobosan untuk mendorong permintaan domestik sebagai upaya countercyclical (tambahan modal) di tengah perlambatan ekonomi global," jelas dia.
Ke depan, Piter berharap posisi Menkeu diisi oleh orang yang berani mengambil kebijakan demi menstimulus perekonomian. Menurut dia, Menkeu harus melakukan pelonggaran pajak dan meningkatkan belanja demi menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
"Seharusnya Menkeu lebih berani untuk menggunakan instrumen fiskal, melonggarkan pajak, dan mendorong belanja dengan tujuan menstimulus perekonomian. Memang defisit APBN akan melebar. Tapi, itu adalah konsekuensi dan wajar dilakukan dalam rangka melawan perlambatan ekonomi global," kata dia.
Menko Perekonomian Darmin Nasution beberapa waktu lalu pun sempat mengatakan jika tugasnya sebagai koordinator menteri terkadang mengharuskannya bersikap keras. Namun, di sisi lain, harus bisa juga bersikap menahan diri.
"Jadi menko itu kadang-kadang harus bisa keras, kadang harus bisa menahan diri. Kadang-kadang harus bisa menginjak kaki tapi tidak pernah menginjak kepala, ya kan," ucap Darmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id