Direktur Manulife Indonesia Sutikno Sjarif tidak menampik penetrasi asuransi di Indonesia memang masih kecil. Bahkan, terbilang kecil bila dibandingkan dengan penetrasi asuransi di negara tetangga seperti di Malaysia, Thailand, dan lain sebagainya.
"Sebenarnya hal itu yang membuat Indonesia diincar oleh banyak perusahaan asuransi besar di dunia karena potensinya memang cukup besar. Nah, digitalisasi di sini menjadi alat untuk meningkatkan penetrasi asuransi itu," kata Sutikno, kepada Metrotvnews.com, di Gedung Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Kamis (21/7/2016).
Dirinya tidak memungkiri, persoalan lembaga jasa keuangan di Tanah Air, termasuk di industri asuransi adalah masih rendahnya tingkat melek keuangan masyarakat Indonesia. Karenanya, menjadi penting program pemerintah utamanya terkait financial inclusion yang terus digembor-gemborkan sampai saat ini.
"Jadi, digitalisasi itu adalah tools. Apakah handphone bisa menyembuhkan kepala yang pusing? Kan tidak. Karenanya, digitalisasi hanya tools. Akan memudahkan dan memberi keuntungan karena dengan digitalisasi maka suatu perusahaan bisa melayani secara baik nasabah yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia ini," tuturnya.
Namun demikian, dirinya menekankan bahwa yang paling penting dalam meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia adalah memperkuat edukasi kepada masyarakat. Edukasi memiliki peranan penting agar masyarakat mengetahui betapa pentingnya memiliki produk asuransi sebagai bentuk perlindungan diri dari suatu risiko.
"Katakan asuransi mikro itu untuk financial inclusion, tapi problem-nya kalau mau menjual asuransi mikro mereka harus mengetahui apa kegunaannya. Di sini edukasi perlu untuk memberitahukan kepada mereka apa itu asuransi agar mereka memahami dan memiliki," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News