ersawahan di Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, NTT, Senin (17/9). Pemprov NTT mencetak 5.000 hektare (ha) sawah baru selama 2012 di 14 kabupaten guna meningkatkan produksi beras di daerah - MI/PALCE AMALO
ersawahan di Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, NTT, Senin (17/9). Pemprov NTT mencetak 5.000 hektare (ha) sawah baru selama 2012 di 14 kabupaten guna meningkatkan produksi beras di daerah - MI/PALCE AMALO

Tingkatkan Swasembada Pangan di NTT, Kementan Perbaiki Tata Kelola Air Irigasi

Renatha Swasty • 04 Agustus 2016 08:00
medcom.id, Jakarta: Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengupayakan peningkatan swasembada pangan strategis. Upaya ini dilakukan melalui perbaikan tata kelola air irigasi berkelanjutan dari hulu hingga hilir dengan kementerian terkait yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR).
 
Staf Ahli Menteri Pertanian, Ani Andayani menuturkan, faktor keberhasilan program swasembada pangan adalah keberadaan air. Air juga dapat menjadi faktor penghambat bila keberadaannya terlampau banyak dan dapat mengakibatkan banjir, bila kekeringan mengakibatkan gagal panen.
 
"Ini sering terjadi mengingat saat ini sangat sulit untuk memprediksi curah hujan sebagai dampak perubahan iklim global. Sehingga sangat penting dalam upaya meningkatkan produksi pangan di daerah NTT yang lahan pertaniannya kering," kata Ani dalam siaran pers yang diterima Metrotvnews.com, di Jakarta, Kamis (4/8/2016).

Ani menyebut, untuk mengatasi hal itu perlu dicari sumber air alternatif yang dapat mengganti kekurangan sumber air permukaan terutama pada daerah-daerah pertanian lahan kering salah satunya sumber air yang berasal dari tanah.
 
"Kementerian Pertanian pun berupaya merumuskan suatu mekanisme pemanfaatan sumber air tanah untuk kebutuhan air bersih dan irigasi pertanian yang tepat untuk diterapkan di wilayah-wilayah lahan kering dengan memetakan sebaran dan potensi sumberdaya air," tambah Ani.
 
Saat ini kata Ani kementerian terkait terus menyusun strategi persiapan dan perencanaan yang matang dalam pemanfaatan sumber daya air tanah dengan menggali permasalahan terkini. Kementerian tengah mengembangkan Strategic Planning and Action to Strengthen Climate Change Resilience for Rural Community (SPARC) yang dibiayai United Nations Development Programme (UNDP).
 
Program ini telah melaksanakan kegiatan antisipasi akibat perubahan iklim di NTT seperti pembuatan embung, melakukan kerja sama dengan masyarakat setempat untuk melihat kearifan lokal dalam menggunakan air secara efisien dan sebagainya.
 
"Ini project yang bisa mendukung keberlanjutan pemanfaatan air secara bijaksana. Sedangkan Kementerian PUPR juga telah memperlihatkan hasil proyek yang telah dilakukan beberapa waktu lalu yaitu terkait dengan air tanah (P2AT) yang menunjukkan potensi lahan pertanian di Provinsi NTT yang masih bisa dimanfaatkan petani untuk meningkatkan IP dari semula 100 menjadi 200 karena ketersediaan air yang cukup dari air tanah," jelas Ani.
 
Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengapresiasi program UPSUS yang dilakukan Kementan bersama dengan TNI. Ia menginginkan ada kolaborasi antar pendamping di pedesaan kepada sasaran yang sama yaitu petani.
 
"Sehingga walaupun petani mendapat peluang pendampingan yang beragam tetapi tujuannya harus sama yaitu mensejahterakan petani. Untuk itu, dana bantuan desa yang diterima salah satunya ditujukan untuk tata kelola air irigasi bila memang air menjadi faktor penting untuk keberhasilan swasembada pangan di NTT," ujar dia.
 
Sementara itu, Inspektur Jenderal Kementan, Justan Ridwan Siahaan menyebut percepatan luas tambah tanam pada bulan April hingga September penting untuk dapat meraih hasil panen di musim mendatang. Dengan demikian, target pemenuhan kebutuhan beras dalam rangka swasembada segera dapat terwujud secara berkelanjutan.
 
"Untuk Provinsi NTT yang memang ada hambatan dalam perolehan air irigasi di mana tidak kebagian La Nina di musim ini bagi pertanaman untuk luas tambah tanam April hingga September, perumusan atau perbaikan tata kelola air menjadi fokus prioritas yang penting agar produksi pangan tidak menurun atau kita harapkan meningkat,"  ujar Justan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan