Jagung (MI/Bagus Suryo).
Jagung (MI/Bagus Suryo).

Bappenas Desak BPS Keluarkan Data Produksi dan Konsumsi Jagung

Kautsar Widya Prabowo • 24 Juli 2018 18:33
Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berharap Badan Pusat Statistik  (BPS) dapat segera merilis data produksi dan konsumsi dari komoditas padi, jagung, dan kedelai (pajela), terutama untuk jagung. Pasalnya data yang tidak valid berpangaruh pada besar dan kecilnya pemerintah melakukan kebijakan impor jagung.
 
Perencanaan Utama Direktorat Pangan dan Pertanian Bappenas Nono Rusono menjelaskan BPS sejak 2017 hingga saat ini belum memberikan data terkait produksi dan konsumsi pajela. Sehingga data dari Kementerian Pertanian mengklaim produksi jagung meningkat, pada 2017 mencapai 27 juta ton dari kebutuhan konsumen 23,3 juta ton.
 
"Sedangkan data dari Food and Agriculture Organizational (FAO) pada 2017 produksi 20 juta ton dengan kebutuhan konsumsi 23,3 persen. Produksi jagung Indonesia gagal memenuhi konsumsi nasional rata-rata 2,4 juta ton per tahun," ujarnya di Hotel Gran Melia, Jakarta, Selasa, 24 Juli 2018.

Sehingga berdasarkan data FAO Agriculture Outlook 2018, Indonesia mengalami defisit 3,3 juta persen. Sayangnya pemerintah melakukan langkah untuk pengurangan impor yang dilakukan sejak 2015 sebesar 3,5 juta ton menjadi 500 ribu ton pada 2017, lantaran produksi jagung dianggap surplus.
 
Dengan kuota impor 500 ribu juta ton, tentunya tidak dapat menutupi defisit 3,3 juta ton pada 2017. "Kekurangan ketersediaan mencapai rata-rata 3,1 juta ton per tahun setelah 2015, dan angka lebih tinggi sebesar 37,9 persen dibandingkan defisit dari 2009 hingga 2015," tambahnya.
 
Sementara itu, pihaknya menyarankan untuk mengetahui akurasi data yang tepat, pemerintah terlebih dahulu memetakan kebutuhan dalam negeri, seperti kebutuhan langsung, kebutuhan makan dan minuman dan benih. Pasalnya 58 persen permintaan nasional jagung adalah untuk pakan ternak, sedangkan 30 persen konsumsi manusia dan sisanya untuk industri gula dan minyak.
 
"Jadi data sangat menentukan kebijakan impor atau tidak, punya data yang kurang tepat akan berpengaruh sisi suplai dan produksi," imbuhnya.
 
Imbas dari pengurangan impor, sempat dirasakan oleh beberapa peternak, yang melakukan importasi ilegal pada Januari 2016. Data dari Kementerian Pertanian menemukan 353 ribu ton jagung yang diimpor secara ilegal ke Indonesia dengan dalih kekurangan suplai jagung pakan ternak domestik.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan