"Kalau kita tidak lakukan deregulasi, kita bisa termakan dan terlibas. Ini yang kita harus waspadai. Peluang kita untuk menjadi pemain ASEAN terbuka luas," kata Ketua Umum Apindo Haryadi Sukamdani dalam konferensi pers outlook 2016 di Gedung Permata Kuningan, Jalan Kuningan Mulia Kav 9C, Jakarta Selatan, Senin (14/12/2015).
Sukamdani mengakui, kompetisi yang dilakukan di lingkup ASEAN sebenarnya telah dilakukan sejak 10 tahun yang lalu. Terlebih sejak adanya perjanjian kerjasama perdagangan ASEAN Free Trade Agrement (AFTA) pada 2010 lalu di mana tarif bea masuk di hampir seluruh negara ASEAN sudah 0 persen. Kondisi ini diyakini mampu menjadikan Indonesia menjadi basis produksi.
"Yang jadi peluang itu bagaimana kita serius menjadikan pasar ASEAN jadi target kita. Bukan justru Thailand dan Vietnam yang pasarnya kecil memanfaatkan kita. Kita ingin basis produksi ASEAN itu ada di Indonesia," paparnya.
Kekhawatiran adanya serbuan tenaga kerja terampil ke Indonesia saat MEA diberlakukan dinilai tidak berdasar. Hal itu karena adanya kesepakatan Mutual Recognition Arrangement (MRA) atas delapan bidang profesi masih harus tahap teknis lanjutan dan bukan merupakan kebebasan untuk bekerja. Namun begitu, Haryadi meminta agar pemerintah meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam negeri.
"Ini merupakan kesamaan pengakuan kesamaan kualifikasi pendidikan dan keterampilan. Tinggal masalahnya keseriusan Indonesia untuk terus memperbaiki kebijakan kualitas tenaga kerja maupun konsistensi implementasinya," pungkas Haryadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News