Namun, di satu sisi masyarakat juga tidak bisa langsung menghentikan konsumsi plastik karena selain masih dibutuhkan, juga dapat berpengaruh pada industri itu sendiri. Untuk mengatasi persoalan ini, Bayu menilai mendaur ulang sebagai langkah yang paling efektif.
"Kita belum bisa langsung nol konsumsi plastik. Tapi kita bisa coba ubah dari no use menjadi re-use karena plastik masih tetap dibutuhkan," ujarnya saat mengisi diskusi di kantor Kadin, Jakarta, Senin, 11 Maret 2019.
Di sisi lain, Bayu menyadari untuk mendaur ulang plastik dibutuhkan biaya yang cukup mahal. Sebab itu, dia mendorong Kadin bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memberikan dukungan kepada sektor swasta lewat bantuan pembiayaan.
"Membuat plastik dari biomassa atau me-recycle memang masih mahal. Saya mendukung Kadin mengambil inisiatif, misalnya kerja sama dengan OJK memberikan bantuan pembiayaan," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Bayu mendorong swasta untuk meningkatkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) di dalam negeri. Caranya, bisa dengan mengubah atau menerapkan nilai tambah pada model bisnis.
Dia mencontohkan perusahaan terigu bisa melakukan fortifikasi atau penambahan komponen mikronutrien pada produknya. Dengan demikian, perusahaan tersebut telah membantu pemerintah dalam menekan angka kekurangan gizi.
"Atau perusahaan garam, memberikan zat yodium pada produknya sehingga membantu pemerintah menekan insiden gondok. Lalu jika saja perusahaan swasta fanatik dengan makanan organik, pastilah berdampak pada peningkatan kesehatan yang cukup tinggi. Jadi yang dilakukan swasta bukan hanya charity," pungkas Bayu.
Direktur Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO sebelumnya mengatakan bahwa plastik membahayakan tubuh manusia dan lingkungan karena plastik sulit terurai. Tumpukan tersebut menimbun, menyumbat saluran air di sekitar, dan pada akhirnya menyebabkan banjir.
"Berikutnya, dia akan memengaruhi kesehatan tubuh manusia kalau tertimbun di tanah atau air kemudian terjadi pecahan-pecahan dari limbah plastik itu berpotensi membahayakan kesehatan manusia jika air itu dikonsumsi," kata Imran di gedung Kemenkes, Jakarta, Rabu, 16 Januari 2019 lalu.
Imran menjelaskan mikroplastik yang terkandung dalam air akan masuk ke dalam tubuh ikan sehingga ikan tersebut tidak bisa hidup lama. Ketika ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia, mereka akan kena dampaknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News