"Ini yang lagi kita perjuangkan terus. Defisitnya mereka terlalu banyak sehingga mereka menggunakam berbagai cara untuk menekan defisit," ujar Enggar ditemui di pabrik Mayora, Jalan Raya Serang KM 12,5, Cikupa, Kabupaten Tangerang, Senin, 18 Februari 2019.
Menurut Enggar, pengenaan hambatan dagang khusus yang dilakukan Filipina kepada Mayora lantaran mereka punya produk kopi serupa. Enggar kemudian menawarkan untuk membuka pasar pisang cavendish asal Filipina ke Indonesia.
Meski Indonesia juga punya pisang cavendish yang kualitasnya serupa dengan Filipina, namun bagi Enggar hal itu tak akan mengganggu pasar produk lokal. Membuka pasar pisang cavendish asal Filipina ke Indonesia agar ekspor produk kopi olahan Mayora tak tertutup.
Selain itu, lanjut Enggar, Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga akan membuat forum bisnis untuk meningkatkan hubungan perdagangan secara bilateral antara Indonesia dan Filipina.
"Duta besar kita sudah sampai bicara dengan Presiden Filipina. Beberapa kali juga kita kirim surat ke menteri perdagangannya untuk membahas ini," jelas Enggar.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur Mayora Group Andre Sukendra Atmadja mengatakan hambatan dagang khusus yang dikenakan Filipina membuat pihaknya merugi. Meski tak menyebut angka kerugiannya, namun Andre mengaku ekspor produk kopi olahan Mayora ke Filipina tersendat.
"Pemerintah Filipina tahun lalu mengenakan special safeguard duty. Yang tadinya tidak kena impor duty sama sekali, produk kopi kita ekspor ke Filipina yang senilai USD600 juta jadinya kena hambatan," beber dia.
Andre berharap upaya pemerintah mengatasi hambatan ekspor produk kopi ke Filipina berbuah hasil, sehingga mendongkrak nilai ekspor Indonesia. "Pemerintah semua sedang berjuang keras untuk mengatasi hal ini. Saya harapkan masalah ini segera selesai," tutup Andre.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News