Menjawab hal tersebut, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) melakukan nota kesepahaman dengan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI). Nota kesepahaman itu diharap mampu mendorong UMKM sektor kerajinan berdaya saing di kancah perdagangan global.
Ketua APPI Suwandi Wiratno mengungkapkan, kerja sama dengan ASEPHI dilakukan karena anggotanya telah memiliki pasar yang jelas. Di sisi lain, produk kerajinan yang dihasilkan sudah diekspor ke beberapa negara.
"ASEPHI lebih maju karena sudah tahu pembelinya, bahan baku dan hasil karyanya, maka itu kita berikan modal. Kita harapkan dengan begitu maka UMKM kerajinan dapat menumbuhkembangkan citra kita yang berbudaya seni. Di sisi lain, pembeli dari luar negeri akan banyak dan UMKM kita akan semakin maju," kata Suwandi, di Hotel Morrissey, Jalan KH Wahid Hasyim No 70, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/3/2016).
Sementara itu, Ketua Umum ASEPHI Thamrin Bustami menyambut baik kerja sama ini. Karena ini merupakan langkah yang tepat dalam mendorong pemasaran produk kerajinan, baik untuk pasar lokal maupun mancanegara.
"Awalnya kita berjaya pada 1998, namun kembali melempem akibat kerusuhan di tahun yang sama. Saya harapkan ini mampu mendorong produk kerajinan lokal berdaya saing di tengah perdagangan bebas dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Pengawasan Pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Andra Sabta mengapresiasi kerja sama yang dinilainya mampu mengawali sektor UMKM berjaya di MEA. Dia membeberkan, sektor kerajinan merupakan sektor kedua penyumbang terbesar devisa dalam sub sektor ekonomi kreatif.
"Dalam ekonomi kreatif itu paling besar memang masih dipegang kuliner. Tapi jangan salah, kerajinan ini dia ada di bawah kuliner, dia nomor dua dari 16 lainnya di sub sektor ekonomi kreatif," pungkas Andra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News