"Menurut saya ini mesti dikomunikasikan dulu secara luas kepada masyarakat secara luas. Masyarakat harus punya awareness juga bahwa ini untuk kebaikan, juga harus mendapat masukan sebelum ini ditetapkan," ujar Rosan ditemui di Hotel JW Marriott, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (23/2/2016).
Dia menambahkan, pengenaan Rp5.000 untuk satu kantong plastik cukup berat bagi konsumen yang berbelanja. Terlebih jika pengenaan Rp5.000 tersebut diberlakukan di setiap daerah yang memiliki perekonomian lebih rendah dibanding ibu kota.
"Kalau Rp5.000 itu berat juga, karena di setiap daerah kan mempunyai background, kapasitas dan kemampuan yang berbeda-beda juga. Bisa jadi, Rp5.000 di daerah sudah bisa untuk makan tiga sampai empat kali (sehari)," papar Rosan.
Menurutnya, pengenaan Rp5.000 per kantong plastik jangan dijaikan sebagai keharusan, melainkan himbauan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. "Kalau mau yang berpartisipasi itu bagus, tapi kalau yang tidak bisa, ya jangan dipaksakan. Karena Rp5.000 itu besar juga buat masyarakat," tegas Rosan.
Seperti diketahui, per 21 Februari kemarin, kantong plastik di ritel modern sejumlah kota tak lagi gratis. Pelanggan yang menggunakan kantong plastik untuk membawa belanjaan harus membayar.
Harganya ditetapkan sebesar Rp200 per plastik. Hal ini untuk mengurangi sampah plastik yang sulit diurai. Kebijakan ini diuji coba di beberapa kabupaten/kota selama tiga bulan.
Di lain pihak, Gubernur Ahok memberi masukan terhadap pengenaan kantong plastik berbayar sebesar Rp5.000 per kantong. Menurutnya pengenaan sebesar itu untuk menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya lingkungan yang sudah tercemar dari limbah plastik yang sulit terurai.
"Kalau boleh ya kita naikin. Kalau Rp200 perak mah enggak ada artinya orang Jakarta. Kencing saja Rp2 ribu," tutur Ahok beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News