"Saya mengimbau pada teman-teman di pemerintahan untuk segera menenangkan masyarakat. Karena kalau memang terbukti, kejahatan seperti ini semua dirugikan, kita diresahkan," ujar Pengamat Ekonomi Pertanian Bustanul Arifin, dalam dialog Primetime News Metro TV, Minggu (24/5/2015) malam.
Dengan motif apapun Bustanul menganggap kasus beras plastik ini masuk sebagai kategori extraordinary crime. "Apapun motif itu, mau ekonomi mau politik. Maksud mencelakakan itu buruk," tutur Bustanul.
Lebih lanjut Bustanul menuturkan motif kasus Beras plastik ini bukan mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya. Sebab perhitungan ekonominya tak ada. Apalagi beras plastik ini dikaitkan dengan impor dari Tiongkok.
"Masih belumlah kalau memang ingin mengambil keuntungan sebanyak banyaknya. Dalam perhitungan ekonominya enggak kena. Pada beras saya belum mampu melihat apakah ada motif ekonomi tertentu di situ," tutur pengamat ekonomi pertanian ini.
Dalam catatan sejarah, Indonesia tak pernah melakukan impor beras dari Tiongkok. Bustanul menuturkan Tiongkok pun masih melakukan impor pada negara lumbung padi seperti Thailand dan Vietnam.
"Tiongkok memang produksinya 110 juta ton, tapi dimakan sendiri pun sudah habis, mereka pun masih impor. Saya coba membuka informasi (beras plastik di Indonesia) belum pernah ditemukan, kecuali terkontaminasi, ini lain persoalannya," pungkas Bustanul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News