Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Hendra)
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Hendra)

Aplikasi Pertanian Diyakini Mampu Capai Swasembada Pangan

Husen Miftahudin • 27 April 2017 19:42
medcom.id, Jakarta: Masalah produktivitas pertanian di Indonesia menjadi pekerjaan besar bagi pemerintah. Gejolak cuaca ditambah banyaknya tengkulak menyulitkan kestabilan harga komoditas pangan di tingkat petani dan masyarakat sebagai konsumen.
 
Aplikasi pertanian dianggap mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut, utamanya di tingkat petani. Perusahaan benih sayuran PT East West Seed Indonesia (Ewindo) pun mencoba meringankan beban pemerintah dengan meluncurkan Sistem Aplikasi Petani Indonesia (Sipindo).
 
Managing Director Ewindo, Glenn Pardede mengungkapkan, aplikasi Sipindo merupakan buah kerja sama Ewindo dengan lembaga nirlaba Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture (PRISMA).

"Aplikasi Sipindo diharapkan dapat memudahkan para pemangku kepentingan di sektor pertanian hortikultura khususnya para petani. Pada tahap awal, aplikasi ini akan menyasar 1.000 petani, diharapkan dalam tiga tahun ke depan dapat menyasar 10.000 petani," ujar Glenn dalam keterangan tertulis, Jakarta, Kamis 27 April 2017.
 


 
Menurut Glenn, petani Indonesia saat ini masih mengalami berbagai hambatan dalam mengembangkan usaha seperti kendala hama dan penyakit tanaman, kendala perubahan iklim, kesulitan dalam mengakses pasar, permainan harga oleh para tengkulak dan kurangnya penerapan pola diversifikasi tanaman. Petani di Indonesia juga masih memiliki kecenderungan menanam satu komoditi yang sama di saat harga bagus.
 
Fitur-fitur dalam aplikasi Sipindo disajikan secara realtime dan akurat sehingga petani bisa langsung mengakses informasi yang dibutuhkan terkait profil petani di wilayah lain, harga dan tren permintaan komoditas di pasaran, tata cara penanganan hama dan penyakit tanaman, pola dan musim tanam, estimasi waktu panen dan perkiraan jumlah produksi, prakiraan iklim dan cuaca hingga forum jual beli hasil panen dari pedagang pasar tradisional hingga retail modern untuk mengantisipasi permainan harga oleh para tengkulak.
 
"Petani pun dapat mengetahui tingkat kesuburan tanah agar lebih hemat dalam menggunakan pupuk," klaimnya.
 
Selain petani, mitra penyuluh dan pedagang dapat menggunakan aplikasi Sipindo. Melalui aplikasi, mitra penyuluh mendapatkan informasi yang dibutuhkan petani sehingga dapat meminimalisasi kesalahan dalam menganalisa suatu masalah yang dihadapi kemudian segera memberikan solusi serta penyuluhan dengan cepat dan tepat kepada masing-masing petani.
 
"Sementara, pedagang bisa memanfaatkan aplikasi ini untuk mencari dan membeli produk produk pertanian sesuai kebutuhan mereka. Diharapkan, volume perdagangan produk pertanian melalui aplikasi digital juga bisa meningkat, sekaligus memberi keuntungan yang lebih baik untuk petani dan pedagang," tegas Glenn.
 


 
Berdasarkan data Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), persentase pertumbuhan agribisnis hortikultura terutama sayuran pada 2017-2018 diperkirakan akan mencapai 4,7 persen hingga 16,1 persen. Nilai agribisnis produk sayuran di Indonesia pun diperkirakan mencapai Rp112 triliun, termasuk perkiraan sekitar USD421 juta yang merupakan produk impor.
 
Faktor pendorong pertumbuhan utamanya adalah dari sisi permintaan yang saat ini telah mencapai 56 persen. Untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan tersebut, petani diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka sesuai dengan permintaan pasar secara kontinyu.
 
"Aplikasi ini bisa menjadi salah satu solusi bagi petani mendapatkan akses informasi pertanian dengan mudah untuk peningkatan produktivitas serta kualitas yang berujung pada peningkatan kesejahteraan petani. Petani bisa merasakan keuntungan yang lebih optimal ketika menjual hasil panennya karena lebih dekat dengan pasar dan terhindar dari permainan harga dari para tengkulak," tutup Glenn.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan