Produksi jagung tersebut akan dipanen dalam November ini diperkirakan mencapai 6.000 ha yang akan menghasilkan produksi 40.800 ton. Di Blitar, areal luas tanam April-September mencapai 35.182 ha, sedangkan luas tanam selama setahun Oktober 2014-September 2015 mencapai 57.277 ha yang sebagian diperuntukkan penangkaran benih jagung.
Namun, semakin bertumbuhnya sektor peternakan, khususnya unggas di Blitar, membuat kebutuhan akan pakan ternak khususnya jagung semakin meningkat. Sementara produksi jagung di wilayah ini masih kekurangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pakan ternak lokal.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Blitar, Nevi Setyabudiningsih mengatakan, kekurangan pasokan jagung untuk sektor peternakan lantaran areal luas tanam yang kurang mencukupi.
Perusahaan penangkaran benih di Blitar sebenarnya cukup banyak, termasuk yang bekerja sama dengan petani rakyat. Lahan yang mereka gunakan bisa mencapai 3.250 ha, namun hanya sekitar 2.000 ha saja yang terdaftar di Dinas Pertanian, sisanya tidak diketahui datanya.
"Kita tidak memiliki data keseluruhannya perusahaan penangkar benih jagung di sini. Mereka biasanya langsung berurusan dengan Dinas Provinsi. Memang seharusnya mereka juga melaporkan ke Dinas Pertanian Kabupaten," ujar Nevi, dalam siaran persnya, di Jakarta, Sabtu (7/11/2015).
Menurut dia, produksi jagung di Blitar seluruhnya didistribusikan untuk peternak-peternak setempat yang memang cukup banyak. "Untuk memenuhi kebutuhan jagung pakan ternak di wilayah sini saja masih kekurangan," ungkap Nevi.
Di Blitar, terdapat lima perusahaan pakan ternak yang terdaftar di Dinas Pertanian yaitu Sriram Genetik, ESA, Atvan, Goldenseed, dan Twin Kediri serta perusahaan-perusahaan pakan ternak tradisional yang menjadi penyerap utama produksi jagung di Blitar yang mencapai 388.746 ton dalam bentuk bonggol atau 220.536 ton dalam bentuk pipilan.
"Untuk memenuhi kekurangan kebutuhan jagung, perusahaan pakan ternak akan mendatangkan dari daerah tetangga terlebih dahulu. Bila masih kurang biasanya mendatangkan dari Nusa Tenggara Barat. Kalau masuknya jagung impor kita tidak tahu, itu kebijakan perusahaan masing-masing," jelas Nevi.
Harga jagung di Blitar terbilang bagus dari sisi petani, yang per hari ini mencapai Rp3.500-Rp3.600 per kilogram (kg) di tingkat petani. Sementara di tingkat pengepul yang sudah terproses menjadi pipilan kering mencapai Rp4.000-Rp4.100 per kg.
"Saya jualnya di harga Rp3.600 kalau ditebaskan ke tengkulak. Kalau dalam bentuk sudah pipilan harga bisa mencapai Rp4.000 per kilonya," tambah Ketua Kelompok Tani Mardi Tani II, Sutrisno, di Desa Ponggok, Kecamatan Ponggok, Blitar.
Namun, Sutrisno yang juga merupakan peternak ayam, mengaku harga ini memberatkannya. Karena itu, hasil panennya sebagian besar untuk pakan ternakan ayamnya sendiri, karena harga di pasaran dianggapnya terlalu tinggi.
"Kalau dari sisi petani harga segini memang sangat menguntungkan, tapi bagi peternak ini lumayan berat. Kalau menurut saya, akan lebih baik harga jagung normal di harga Rp3.500 tapi tidak naik turun terus," pungkas Sutrisno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id