Tarif Batas Atas (TBA) pesawat full service carrier (FSC) rata-rata sebesar Rp2.500 per kilometer (km) per penumpang. Sementara TBA ojek online per km ditetapkan Rp2.600 per km per penumpang.
"Kalau dilihat rata-rata per km untuk penerbangan Garuda rata-rata Rp2.500 per km. Kalau dibandingkan tarif ojek online sudah Rp2.600 per km," katanya di Gàruda Management Building, Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Jumat, 27 Desember 2019.
Menurutnya, tarif industri penerbangan nasional relatif murah dibandingkan jenis tarif transportasi lainnya. Misal, tarif taksi rata-rata sebesar Rp6.500 per km. Karenanya, Garuda sempat berdarah-darah ketika harga tiket pesawat berada di 60 persen TBA.
"Secara industri tarif penerbangan di Indonesia itu sudah murah," ungkap dia.
Maskapai pelat merah ini pun memutuskan mengerek harga tarif tiket penerbangan di level atas demi memperbaiki kinerja keuangan. Saat ini, rata-rata tarif tiket pesawat Garuda Indonesia berada di 85 persen TBA, sedangkan Citilink 70 persen.
"Jadi kenaikan Garuda hanya 20 persen dan Citilink 40 persen," tambah Fuad.
Fuad mengakui kenaikan tarif tiket pesawat berimbas pada penurunan jumlah penumpang sebesar 20,6 persen pada kuartal III-2019. Jumlah penumpang anjlok dari 10,3 juta penumpang menjadi 8,2 juta penumpang.
Namun, ia tak khawatir lantaran Garuda ke depan akan lebih fokus memperbaiki rute internasional yang selama ini memberikan keuntungan cukup besar.
Di sisi lain, Garuda diklaim masih bisa membukukan kenaikan pendapatan sebesar 10,3 persen pada kuartal III-2019 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Pendapatan usaha Garuda tercatat naik dari USD1.221 juta menjadi USD1.347 juta.
"Saya akan fokus perbaiki internasionalnya," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News