Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2016, survei akses terhadap lembaga keuangan para pelajar dan mahasiswa sebesar 64,2 persen. Sedangkan literasi keuangannya berada jauh di bawah survei inklusi keuangan, yakni hanya sebesar 23,4 persen saja.
"Bahkan sikap maupun perilaku keuangan atau yang disebut disebut well literated, baru dua tiga persen dan angka ini ternyata lebih rendah dari angka nasional," kata Deputi Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara di Gedung Radius Prawiro, Jakarta Pusat, Senin, 21 Mei 2018.
Secara nasional masyarakat yang sudah mempunyai akses atau inklusi sebesar 67,8 persen, dengan tingkat literasinya sebesar 29,7 persen. Survei tiga tahunan ini diharapkan bisa meningkat, OJK menargetkan pada 2019 tingkat inklusi bisa 75 persen dan literasi bisa mencapai 35 persen.
Untuk itu, OJK berupaya meningkatkan literasi keuangan kalangan pelajar dan mahasiswa dengan menerbitkan buku. Terbaru, bahkan OJK meluncurkan modul e-learning seri literasi keuangan dengan memanfaatkan digital bagi siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Adapun materi literasi keuangan dalam e-learning ini terdiri dari sembilan modul yakni pengenalan OJK, industri perbankan, industri pasar modal modul ekonomi syariah dan modul perpajakan. Selain itu ada empat modul industri keuangan non bank seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, perusahaan pembiayaan.
"Supaya lebih menarik menggunakan e-learning ini bisa download di internet secara gratis. Memang di beberapa wilayah kami sadari belum ada teknologi jadi offline. Sehingga bisa di-download dulu semua baru (bisa digunakan secara) offline," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News