Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menuturkan tiga kebijakan makroprudensial untuk mencapai target pertumbuhan kredit tahun mendatang. Pertama, Bank Indonesia akan memberikan ruang lebih bagi bank dalam mengelola likuiditasnya melalui implementasi penguatan GWM Averaging.
"Penyempurnaan ini akan kami tempuh secara bertahap dan terukur," kata Agus, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017, di Senayan JCC, Jakarta, Selasa malam 28 November 2017.
Sistem GWM Averaging ini, kata Agus, tak cuma untuk bank konvensional tapi juga dikembangkan untuk bank syariah. Ketentuan ini secara bertahap akan diberlakukan bagi likuiditas valas dengan tujuan dapat menurunkan cost of fund perbankan dan pada akhirnya menurunkan suku bunga.
Kemudian bank sentral berencana mengubah pelonggaran kebijakan rasio kredit terhadap agunan (Loan to Value atau LTV) menjadi per jenis properti (segmented), misalnya, LTV untuk apartemen, rumah tapak, ruko, dan sebagainya.
"Ketiga, kami menyiapkan aturan terkait rasio intermediasi makroprudensial atau yang disebut juga Financing to Finance Ratio (FFR)," imbuh dia.
Adapun pertumbuhan kredit di 2017 sebesar 7,86 persen lebih rendah dari perkiraan awal tahun yang sebesar delapan persen. Lambatnya pertumbuhan kredit tersebut disebabkan oleh terbatasnya permintaan kredit akibat dari strategi konsolidasi yang ditempuh dunia usaha. Selain itu perilaku bank masih selektif dalam memberikan kredit baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id