Namun Mirza belum mau membeberkan kontribusi pengunduhan gim terhadap melebarnya posisi NPI mengingat belum adanya perhitungan secara resmi. Dia hanya menyebutkan bahwa pengunduhan gim berdampak pada melebarnya defisit neraca pembayaran.
Ia mencontohkan pada harga suatu gim daring yang diunduh dengan biaya sebesar Rp7.000 hingga Rp10.000 atau setara USD0,5. Bila terdapat dua juta orang yang mengunduh gim itu dalam satu hari, maka hal itu cukup berdampak pada dana keluar dari Indonesia.
"Kalau kita main gim itu kelihatan enggak di NPI? Sekarang sih enggak. Yang pasti itu uang Indonesia keluar. Memang (hanya) USD0,5, tapi kalau yang main dua juta orang, ya itu uang keluar untuk gim itu," ujar Mirza di kompleks perkantoran BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu, 27 Maret 2019.
Oleh karena itu, Mirza mendorong agar generasi milenial bisa menciptakan aplikasi permainan yang bisa diproduksi dan diunduh oleh masyarakat Indonesia. Terlebih jika aplikasi tersebut diunduh oleh Warga Negara Asing (WNA), kondisi itu bakal membuat dana asing masuk ke Indonesia.
"Bisa enggak kita bikin games? Teman-teman kita di ITB (Institut Teknologi Bandung), ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), bikin gim yang diproduksi Indonesia, mungkin sudah ada. Tapi itu bagus kalau bisa," ungkapnya.
Hal tersebut serupa dengan produksi film. Jika film produksi Indonesia diputar di luar negeri, maka akan membawa dampak positif bagi dana masuk ke Indonesia.
"Sekarang banyak PH (Production House) di Indonesia dan sekarang kita bisa jadi tuan rumah untuk film-film kita di Indonesia ini," tutur dia.
Sepanjang 2018, BI mencatat NPI defisit USD7,1 miliar, anjlok dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan surplus USD11,6 miliar. Penyebab utama anjloknya NPI sepanjang 2018 akibat defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang jauh lebih besar dibandingkan surplus transaksi modal dan finansial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News