Aksi itu dilakukan para pengemudi karena kecewa dengan keputusan manajemen Gojek. Mereka menolak pemangkasan bonus atau insentif.
Salah satu driver Go Car, Athabik mengatakan ada beberapa komunitas driver yang mengikuti aksi offbid tersebut. Sekumpulan komunitas tersebut kemudian membentuk sebuah aliansi bernama Arema Online Bersatu (AOB).
"Kalau di Malang, demo kayak nya enggak. Cuma kemarin ada beberapa komunitas yang offbid, nggak narik karena melihat skema bonus turun. Cuma dua hari, selepas itu temen-temen narik lagi," katanya kepada Medcom.id, Jumat 6 September 2019.
Abik, sapaan akrabnya, mengaku sebelumnya driver mendapat bonus sebesar Rp 300 ribu bila berhasil meraih 21 poin (21 kali narik). Sedangkan, kini bonus untuk 21 poin maksimal hanya Rp 175 ribu.
"Sekarang ini berubah maksimal, itu kan jauh banget. Jadi kemarin temen-temen reaksi (offbid)," bebernya.
Pria yang tergabung dalam Forum Komunikasi Laskar Transortasi Online (Forkom LTO) ini menerangkan bahwa pihak Gojek sendiri sebenarnya telah mengundang beberapa perwakilan driver pada akhir Agustus lalu. Dari pertemuan yang dinamakan kopdar itu, para driver kemudian diberikan pemahaman tentang turunnya skema bonus.
"Mereka menjelaskan kondisi real untuk layanan transportasi Gojek seperti ini dan kenapa mereka menurunkan bonus. Yakni supaya tetap bisa bertahan di kompetisi yang sehat, jadi mereka harus menurunkan bonus," terangnya.
Mantan Sekjen Forkom LTO ini mengakui bahwa pihak Gojek pasti memiliki alasan tersendiri menurunkan skema bonus. Sebab menurutnya perhitungan bonus dari Gojek bukan berdasar pada angka yang pasti.
"Ya kalau saya sih sebenernya kasihan temen-temen yang biasanya bonus tinggi terus tiba-tiba dapetnya dikit. Tapi demi keberlangsungan aplikasi kalau saya sih asalkan tarifnya bagus, yang penting masih ada reward lah berupa bonus," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News