Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, Medcom/Ilham WIbowo.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, Medcom/Ilham WIbowo.

Airlangga: Momentum yang Pas Pelaku Industri Berekspansi

Ilham wibowo • 31 Juli 2019 18:33
Jakarta: Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut periode semester II 2019 merupakan momentum yang tepat bagi pelaku industri di Tanah Air. Ekspansi bisa dilakukan untuk menuai target pertumbuhan bisnis yang lebih besar.
 
"Tentunya dengan kondisi ekonomi dan sosial, plus dengan situasi regional, ini waktunya untuk (pelaku industri) melakukan ekspansi," kata Airlangga usai meresmikan perluasan pabrik PT Nestlé Indonesia di kawasan industri Karawang, Jawa Barat, Rabu, 31 Juli 2019.
 
Langkah ekspansi telah dilakukan Nestlé Indonesia dengan memperluas tiga pabriknya guna meningkatkan produksi di dalam negeri sebesar Rp1,4 trilliun. Penambahan produksi sebesar 25 persen ini memperkuat komitmen dalam membuka lapangan kerja, memajukan industridan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi negara.

"Karena ekspansi biasanya kita harus mengantisipasi sebelum kenaikan dari pada permintaan, dan sekarang dengan kondisi perekonomian ini, pas lah untuk ekspansi," ungkap Airlangga.
 
Langkah Nestlé Indonesia juga dinilai menunjukkan optimisme bagi investor terhadap peluang iklim usaha yang kondusif di Indonesia. Airlangga percaya dalam waktu dekat akan ada lebih banyak pihak pelaku industri lain yang menambah investasi di Tanah Air.
 
"Yang penting investasi masuk menciptakan lapangan pekerjaan dan terus ada multiplayer efek," ujarnya.
 
Dalam rangka pengembangan industri, Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2019. PP ini mengatur pemberian insentif super deduction tax sebesar 200 persen bagi perusahaan yang melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi tertentu dan 300 persen bagi perusahaan melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia.
 
"Insentif tersebut melengkapi insentif yang saat ini telah berjalan yaitu pembebasan pajak atau tax holiday, pengurangan pajak atau tax allowance, dan pembebasan bea masuk atas impor mesin," paparnya.
 
Dia menjelaskan kinerja sektor industri manufaktur Indonesia saat ini tercatat kian positif. Capaian ini memegang peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
 
Industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar kepada struktur produk domestik bruto (PDB) nasional hingga 20,07 persen pada triwulan I tahun 2019. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah tersebut naik dibanding capaian sepanjang tahun 2018 sebesar 19,86 persen.
 
Menurut Menperin, Indonesia hampir sejajar dengan Jerman, yang kontribusi sektor manufakturnya berada di angka 20,6 persen. Sementara itu, posisi teratas ditempati Tiongkok 28,8 persen, disusul Korea Selatan 27 persen dan Jepang 21 persen.
 
Negara-negara industri di dunia saat ini kontribusi sektor manufakturnya terhadap perekonomian rata-rata sekitar 17 persen. Negara itu antara lain Meksiko, India, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, Rusia, Brasil, Perancis, Kanada dan Inggris.
 
“Artinya, sekarang tidak ada negara di dunia yang bisa mencapai di atas 30 persen, melalui sumbangsih sektor manufaktur yang cukup besar, tidak tepat kalau Indonesia dikatakan sebagai negara yang mengalami deindustrialisasi," ungkapnya.
 
Saat ini Indonesia sudah masuk dalam 16 besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia. Bahkan, melalui Making Indonesia 4.0, aspirasi besarnya adalah mewujudkan Indonesia masuk jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.
 
“Kalau hasil studi PwC dan McKinsey, kita bisa masuk 7 besar ekonomi dunia di 2045, sementara pada 100 tahun Indonesia merdeka nanti, kita menjadi ekonomi ke-4 terbesar di dunia,” pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan