Menteri BUMN Rini Soemarno. MI/SUSANTO
Menteri BUMN Rini Soemarno. MI/SUSANTO

Perombakan Direksi BUMN Diminta Bukan Faktor Like and Dislike

Angga Bratadharma • 30 Agustus 2019 12:46
Jakarta: Usai pelengseran Suprajarto dari kursi BRI 1, dugaan bahwa aksi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno merombak direksi BUMN target utamanya adalah pucuk pimpinan BRI semakin menguat. Menurut informasi yang beredar, Wakil Direktur Utama BRI Sunarso diplot jadi pengganti Suprajarto.
 
Kebijakan Menteri BUMN ini diduga terkait dengan ketidaksukaannya terhadap Suprajarto, dan kedekatannya dengan Sunarso. Faktor 'like and dislike' diduga sangat besar dalam keputusan Rini merombak direksi BUMN. Presiden dalam posisi serba salah, karena Menteri BUMN sudah sangat berjasa dalam memuluskan mega proyek infrastruktur Presiden Jokowi.
 
Mengomentari hal tersebut, Said Didu, mantan Sekretaris Menteri BUMN, menyatakan, sangat berbahaya bila keputusan penting tersebut dilandasi oleh faktor like and dislike. "Jangan sampai karena faktor like and dislike kemudian direksi diganti," kata Said Didu, seperti dikutip dari keterangan resminya, di Jakarta, Jumat, 30 Agustus 2019.

"Kalau begini Ibu Menteri memperlakukan BUMN seperti perusahaan pribadinya. Kembalikan BUMN ini sebagai milik negara, bukan milik Ibu Rini," tambah Said Didu.
 
Said melanjutkan, perusahaan terbuka harus dijaga agar tidak sembarangan melaksanakan RUPSLB tanpa alasan yang jelas. Hal tersebut menjadikan BUMN tidak pruden. "Kalau begini kan artinya suka-suka Bu Rini. Malamnya mimpi buruk, besoknya bisa ganti direksi. Sebagai perusahaan terbuka, BUMN harusnya semakin dijauhkan dari intervensi pemerintah," tegasnya.
 
Mengomentari mengenai sikap Presiden yang telah melarang perombakan direksi BUMN, Said menyatakan, Presiden pasti sudah tahu mengenai rencana tersebut. "Cuma kita semua kan sudah paham, Presiden sudah biasa, kalau ada masalah yang muncul seperti ini, dia akan bilang tidak tahu. Padahal pastinya dia sudah tahu," klaimnya.
 
Hal senada disampaikan Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira. Menurutnya besar kemungkinan faktor like and dislike yang menjadi dasar kebijakan Menteri BUMN tersebut.
 
"Mungkin saja ada faktor like and dislike. Karena bank-bank pelat merah sedang tumbuh dan sehat. Apalagi BRI yang tahun ini menjadi penyumbang deviden terbesar bagi negara. Ini merupakan policy failure yang dapat membahayakan BUMN ke depan, karena menterinya bisa menerapkan kebijakan sesuka hatinya,” terang Bhima.
 
Ia pun mengamini mengenai posisi sulit Presiden ketika berhadapan dengan Rini. Mengingat jasa besarnya dalam mendukung proyek infrastruktur yang menjadi andalan Jokowi dalam kampanye capres lalu.
 
"Kita sudah mahfum, Ibu Rini manut tanpa reserve mendukung habis program proyek infrastruktur Presiden. Meskipun akibatnya saat ini BUMN karya yang dipaksa untuk menerima penugasaan mengalami kesulitan keuangan karena tekanan utang yang begitu besar," tutupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan