Direktur Keuangan BTPN, Arief Harris Tandjung, mengatakan bahwa pertumbuhan kredit BTPN selama ini dimotori oleh penyaluran dana ke segmen UMKM dan masyarakat prasejahtera produktif. Hingga akhir 2015 lalu, kata dia, kredit UMKM termasuk pembiayaan prasejahtera produktif yang disalurkan melalui BTPN Syariah, mencapai Rp20,8 triliun, atau naik 16 persen dibanding tahun lalu yakni Rp18 triliun.
"Kini kami mensasar segmen kredit bagi kaum wanita yang produktif atau memiliki usaha di rumah, khususnya yang kami salurkan melalui BTPN Syariah," kata Arief, Senin (22/8/2016).
Arief menjelaskan, kredit pinjaman yang disalurkan untuk wanita melalui BTPN Syariah ini mencapai Rp4,6 triliun. Dimana setiap kelompok dapat mengajukan kredit dari Rp2 juta hingga Rp7 juta. Sedangkan sampai sejauh ini total nasabah BTPN Syariah mencapai 2,3 juta nasabah.
Arief mengatakan segmen kredit menjadi salah satu program utama BTPN untuk menyeimbangkan kecukupan likuiditas. Tercatat Semester I-2016, total pendanaan (funding) meningkat 7 persen (year on year) (yoy) menjadi Rp69,6 trpiliun. Dari jumlah tersebut komposisi dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp65,5 triliun atau tumbuh 14 persen.
Sedangkan periode pertama tahun lalu mencapai Rp57,1 triliun, sedangkan pinjaman bilateral dan obligasi mencapai Rp4,2 triliun.
"Beberapa obligasi dan pinjaman sudah jatuh tempo, sehingga porsi pendanaan non-DPK semakin berkurang," jelas Arief.
Upaya menyeimbangkan kecukupan likuiditas dengan laju kredit secara tidak langsung berdampak ke cost of fund (biaya dana) dari BTPN. Hingga akhir semester I ini beban bungan BTPN menurun empat persen (yoy) menjadi Rp2,5 triliun.
Sedangkan pendapatan bunga tumbuh dikisaran tujuh persen (yoy). Kombinasi ekspansi kredit baru dan efisiensi biaya dana ini menarik pendapatan operasional 12 persen (yoy) menjadi Rp4,6 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News