"Persoalannya bukan hanya di kredit, UMKM punya masalah selain permodalan. Pertama kemampuan produksi, kemampuan marketing, kemampuan SDM-nya. Mereka bisa survive karena pegawainya anak sendiri atau saudara sendiri," ujarnya, di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (29/10/2015).
Dia menambahkan, perbankan tidak memiliki masalah kalaupun harus memberikan kredit bagi UMKM. Bahkan secara rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan juga masih aman mengalirkan kredit.
"Bahkan tahun depan juga penyaluran kredit enggak ada masalah. CAR, NPL semua masih terjaga. Tapi memang growth-nya yang bermasalah karena growth-nya hanya 10 persen," sambung Sigit.
Sementara jika dibandingkan dengan saat terjadinya krisis ekonomi 1997-1998, sektor UMKM memang menjadi satu-satunya sektor yang masih bisa bertahan. Akan tetapi saat itu UMKM masih memiliki akses yang minim ke bank sehingga bank tidak banyak memiliki peran terhadal ketahanan UMKM dari krisis.
"Kalau kita ingat 97-98 itu yang enggak kena krisis cuma UMKM. Itu jadi penyelamat ekonomi kita. Tapi UMKM jadi penyelamat karena jarang ambil kredit di bank. UMKM tidak pernah berhubungan dengan bank," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News