"Dengan memperhatikan kondisi yang luar biasa, triwulan empat memang betul ada perlambatan, ada ekspektasi karena di bawah lima persen. Tapi kalau dibandingkan penurunannya dengan yang lain Alhamdulillah sampai akhir tahun masih di atas lima persen," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu, 5 Februari 2020.
Dirinya menjabarkan, berdasarkan pengeluaran, pertumbuhan tertinggi di tahun lalu yaitu konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT) yang tumbuh 10,62 persen. Ia bilang hal ini dikarenakan adanya pemilu. Kemudian konsumsi rumah tangga tumbuh 5,04 persen sepanjang tahun. Konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 2,73 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selain itu juga didorong oleh pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi yang tumbuh 4,45 persen dan konsumsi pemerintah yang tumbuh 3,25 persen.
Namun sayangnya ekspor dan impor pertumbuhannya terkoreksi atau jatuh masing-masing 0,85 persen dan 7,69 persen. Jatuhnya ekspor terutama patut diwaspadai agar ke depannya tidak berkelanjutan dan berdampak pada defisit neraca perdagangan.
"(Waspadai) bagaimana supaya neraca dagang enggak alami defisit ke depan, tentunya enggak gampang dilakukan mengingat perekonomian global yang masih lemah dan tidak stabil," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News