"NPL Tetap dijaga di bawah tiga persen. Tahun lalu 1,9 persen. Mudah-mudahan tahun ini seperti kejadian tahun lalu. Karena, aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak boleh melebihi dari tiga persen," ungkap Direktur Bisnis BRI Agro, Zuhri Anwar ditemui usai RUPST perseroan di Gedung BRI Agro, Jakarta, Rabu (20/4/2016).
Dalam menjaga tingkat NPL yang tidak melebihi aturan OJK, Zuhri akan bekerja keras memantau penyaluran kredit yang bermasalah. Maka dari itu, kredit yang bermasalah akan dikurangi oleh perseroan.
"Kita jaga dengan memantau kredit yang bermasalah. Kredit yang bermasalah tidak akan kami tambah. Dengan begitu tingkat NPL kita lebih baik," jelas Zuhri.
Zuhri mengakui, tingkat NPL perseroan yang baik sudah terlihat sejak dua tahun belakangan ini. Mulai dari posisi NPL 2,02 persen di 2014 menjadi 1,90 persen per Desember 2015.
Sepanjang 2016, BRI Agro membidik pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 15 persen, dari porsi kredit yang telah disalurkan Rp6,04 triliun di akhir 2015.
Pertumbuhan kredit di 2015 mengalami kinerja yang positif, karena sepanjang tahun lalu mengalami pertumbuhan 29 persen, dari porsi kredit sebesar Rp4,69 triliun di 2014.
Hingga kuartal I-2016, BRI Agro telah menyalurkan kredit sebesar Rp6,04 triliun, angka itu mengalami peningkatan sebanyak 32 persen bila dibanding porsi periode yang sama tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News