"Biodiesel kita telah mampu menyelamatkan harga sawit," kata Bayu ditemui di Kemeno Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (19/2/2016).
Dia menyebutkan, sebelumnya pada saat harga minyak masih USD70 per barel, harga sawit terbilang tinggi sebesar USD600-700 per metrik ton. Ketika harga minyak turun hingga USD30 per barel, harga sawit juga terjungkal menjadi USD400 per metrik ton. Namun, dengan adanya mandatory biodiesel 15 persen tahun kemarin dan 20 persen tahun ini sebagai campuran BBM, harganya meningkat lagi.
Sementara itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat sepanjang Januari harga CPO global bergerak di kisaran USD535-USD575 per metrik ton, dengan harga rata-rata USD557,2 per ton. Harga rata-rata Januari 2016 ini turun sebesar 0,5 persen dibandingkan harga rata-rata pada Desember 2015 yaitu USD560,2 per metrik ton.
Program biodiesel di Indonesia sudah mulai berjalan, akan tetapi harga CPO global belum mampu terdongkrak karena pelemahan minyak mentah dunia yang telah jatuh hingga di bawah USD30 per barrel. Jatuhnya harga minyak mentah dunia telah menyeret harga-harga komoditas lainnya.
Sementara itu harga CPO global sepanjang dua pekan pertama Februari 2016 mulai bergeliat. Harga bergerak dikisaran USD575-USD650 per metrik ton. Untuk pertama kalinya harga CPO global menyentuh USD600 per metrik ton sejak Agustus 2015. Faktor utama yang mendongkrak harga CPO global adalah berkurangnya stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia dan produksi juga menurun karena El-Nino yang panjang tahun lalu serta mulai berjalannya program biodiesel di Indonesia dan Malaysia.
Sentimen positif ini akan terus berlanjut, karena saat ini beberapa daerah sentra penghasil sawit di Indonesia sedang dilanda banjir sehingga mengganggu panen dan transportasi buah sawit. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut Gapki memperkirakan harga CPO global sampai pada akhir Februari akan bergerak di kisaran USD640-670 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News