Hal tersebut terbukti berdasar data outlook ekonomi kreatif yang diterbitkan Bekraf pada 2017, bahwa negara tujuan ekspor terbesar subsektor fesyen Indonesia adalah AS dengan nilai terbesar USD4,72 miliar dari negara lainnya.
Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Persik mengatakan alasan AS menjadi negara terbesar karena produk Indonesia lebih berseni.
"Amerika yang paling besar, kehadiran fesyen Indonesia sangat penting. Dengan brand yang lebih keartisan. Terlebih adanya persaingan elektronik batas tempuh telah hilang," ujarnya saat konferensi pers, di Hard Rock Cafe, Jakarta, Jumat, 22 Juni 2018.
Meski subsektor fesyen Indonesia sudah menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar pada 2016 senilai Rp166 triliun atau berkontribusi sebesar 18,01 persen, Indonesia harus lebih bekerja keras untuk melihat kebutuhan pasar di berbagai dunia.
Bekraf pun mendorong lima brand lokal yang memiliki kualitas terbaik untuk berkontribusi dalam sebuah ajang bertajuk "Agenda Show" di Long Beach, California, Amerika Serikat pada 28-30 Juni 2018.
Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simandjuntak menambahkan dengan lima produk Indonesia dapat masuk ke pasar AS, maka akan membuka peluang produk Indonesia lainnya dikenal ke seluruh mancanegara.
"Brand-brand yang kita bawa ini kental dengan story, seperti motorcycle atau pun musik hip hop. Ini sebagai pintu untuk brand-brand yang kita dukung, karena AS tempatnya pop culture," imbuhnya.
Dia berharap brand lokal Indonesia bisa mendapatkan buyer dan distributor, maupun memperoleh investor yang dapat memberikan modal agar melebarkan usahanya.
"Kali ini kita fasilitasi dengan berkenalan dengan PR agency, bagaimana bisa menembus pasar global. Karena ada 10 ribu pengunjung yang akan datang," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News