Kendati demikian, Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata Kemenpar Anang Sutono optimistis target perolehan devisa tercapai meski jumlah wisman yang datang tidak banyak.
"Sebenarnya yang membuat Indonesia maju tidak hanya international tourist arrivals, tapi juga spending. Keluar uang berapa dia," katanya usai mengisi diskusi di Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta Pusat, Senin, 14 Oktober 2019.
Anang mengatakan rata-rata pengeluaran wisman sebesar USD1.280 per kedatangan. Hal itu cukup mendongkrak perolehan devisa.
"Tahun lalu devisanya tercapai bahkan lebih, jadi lihatnya jangan hanya based on tourist arrivals tapi spending," tegasnya.
Anang melanjutkan Kemenpar mendorong deregulasi untuk menjaring wisman lebih banyak dengan tiga hal. Pertama, dengan mengimplementasikan Peraturan Presiden No.21 Tahun 2016, yang mana pada 2013 hanya 15 negara yang bisa menikmati bebas visa, sejak 2016 terdapat 169 negara.
Kedua, pengurusan izin masuk dari sebelumnya tiga minggu menjadi tiga jam.
"Terakhir, Abolition of Cruise Cabotage Principle yang memperbolehkan turis asing dalam cruise masuk dan keluar dari lima pelabuhan utama yakni Tanjung Benoa (Bali), Tanjung Mas (Semarang), Belawan (Medan), dan Tanjung Perak (Surabaya), dan Tanjung Priok (Jakarta)," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News