Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran (DKSP) BI Pungky P Wibowo mengatakan QRIS akan membuat ekosistem pembayaran digital menjadi lebih efektif dan efisien. Karena toko hanya akan memiliki satu kode QR yang bisa dibaca oleh semua penyedia jasa sistem pembayaran.
"16 sudah siap, lima finalisasi. Sisanya menyusul setelah Lebaran," ujarnya dalam jumpa pers di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin, 27 Mei 2019.
Pungky menuturkan QRIS menggunakan metode Merchant Presented Mode (MPM), di mana merchant atau toko sebagai pemilik QR dan pelanggan yang melakukan scanning kode. Metode ini lebih efisien dan murah dibanding Customer Presented Mode yang mengharuskan toko memiliki alat scanning.
"Itu sangat mudah datanya untuk di-scan," ungkap dia.
Ia pun membantah jika pemain besar dompet elektronik yakni Gopay dan Ovo enggan menggunakan QRIS. Keduanya justru merespons positif dan mendukung penerapan standar QR tersebut secara menyeluruh pada semester II-2019.
"Jadi dua besar tadi sangat positif responsnya," pungkas dia.
Selain penerapan QRIS, Indonesia juga mengimplementasikan proyek percontohan kerja sama sistem pembayaran QR Code dengan Singapura dan Thailand. Transaksi lintas batas (cross border) antara penduduk ketiga negara tersebut juga akan diterapkan di semester II-2019.
Transaksi lintas batas ini dipercaya membuat setiap penduduk bisa bertransaksi secara elektronik di negara yang telah bekerja sama. Sinergi ketiga negara dalam penerapan transaksi QR Code didorong banyaknya wisatawan masing-masing negara yang berkunjung ke negara-negara tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News