Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui, Indonesia menjadi negara produsen yang paling relevan melakukan replanting selain Malaysia. Saat ini sudah ada empat negara produsen utama karet dunia yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
"Kita harus menggunakan kesempatan ini (replanting) karena 85 persen pasokan karet berasal dari petani rakyat. Karena jika tidak, maka harganya semakin terjepit dan menjadi tidak menarik," ujar Darmin di Hotel Fairmont, Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
Seperti diketahui, harga karet global pada Juni 2016 mencapai USD1,3/kg atau mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya sebesar USD1,5/kg. Padahal harga karet global sempat menyentuh harga tertinggi perdagangan pada 2011 sebesar USD5,5/kg.
Kondisi ekonomi global yang tak menentu menyeret harga komoditas karet sehingga mengalami pelemahan yang cukup dalam. Produksi yang berlimpah dan jauh lebih tinggi dibanding permintaan dinilai harus dikendalikan agar harga karet tak semakin anjlok dan merugikan produsen, termasuk petani.
Darmin meyakini replanting menjadi salah satu solusi menekan produksi. Namun hal tersebut harus diimbangi dengan pengendalian produksi di empat negara produsen terbesar karet dunia.
"Maka itu, kunci ini adalah berbicara dengan Vietnam, Thailand, dan Malaysia agar bagaimana kita sama-sama mengurangi produksi," papar dia.
Tugas ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau juga asosiasi. Pemerintah Indonesia dan Gapkindo mempunyai tugas bersama dalam meyakinkan negara-negara produsen terbesar karet untuk melakukan replanting.
"Pemerintah dan Gapkindo juga harus bisa meyakinkan tetangga kita untuk mengurangi produksi bersama lewat replanting," tegas Darmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News