Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan stance kebijakan netral BI tetap konsisten menjaga ekspektasi inflasi di target sasaran BI yaitu 3,5 plus minus satu persen serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS tahun ini melalui kenaikan FFR sebesar 75 bps.
"Dalam sebulan terakhir ini keluarnya dana asing di pasar keuangan domestik telah memicu kenaikan volatilitas nilai tukar rupiah, namun BI selalu berada di pasar dengan secara aktif melakukan langkah-langkah stabilisasi rupiah yang terindikasi dari penurunan cadangan devisa sepanjang Februari," kata dia, kepada Medcom.id, di Jakarta, Kamis, 22 Maret 2018.

Sumber: Bank Indonesia
Dirinya menambahkan selain telah menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps pada bulan ini, Fed juga mengeluarkan dot plot yang menunjukkan ekspektasi Fed terhadap arah suku bunga pada tahun ini dan tahun depan. Dari situ bisa dilihat Fed akan menaikan suku bunga sebanyak dua kali lagi pada tahun ini.
"Melihat dari dot plot yang dirilis Fed, sebagian besar anggota FOMC tetap memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga AS tahun ini sebesar 75 bps. Volatilias pada rupiah diperkirakan akan menurun seiring penurunan ketidakpastian di pasar setelah Fed mengeluarkan dot plot pada rapat FOMC bulan ini," jelas dia.
Josua memperkirakan BI masih akan menjaga suku bunga acuan di level yang sekarang tanpa reaktif ikut menaikkan suku bunga seperti the Fed. Pasalnya kondisi di dalam negeri terkait dengan proyeksi inflasi serta pergerakan nilai tukar masih dalam koridor yang mampu dijaga bank sentral.
"Sementara itu, di sisi lain, ekspektasi inflasi diperkirakan berada dalam target sasaran inflasi BI. Jadi, mempertimbangkan tujuan BI yakni menjaga stabilitas harga dan nilai tukar pada tahun ini, maka stance kebijakan moneter BI diperkirakan netral dalam jangka pendek," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News