Direktur Utama Lion Parcel Fahrian Kirana mengatakan perusahaannya terus menunjukkan kinerja positif.
"Kita kenaikan kargo di akhir November. Sampai hari ini kita melihat tiap bulan pertumbuhan selalu double digit, di atas 10 persen dari bulan ke bulan," ujar Fahrian di kantor Lion Parcel, Jakarta Barat, Jumat, 8 Maret 2019.
Menurut Fahrian, hal tersebut turut disokong industri e-commerce yang terus bertumbuh sehingga pasar untuk pengiriman logistik via udara masih diminati. Meski demikian, kontribusi e-commerce sejauh ini masih menyumbang 20 persen, sementara 80 persen sisanya disumbang konsumen ritel.
Fahrian optimistis Lion Parcel bisa menggarap pasar lebih luas lagi. Tahun ini, pihaknya menargetkan perusahaan bisa mencatatkan kinerja empat hingga lima kali lipat lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada tahun lalu, Fahrian mengatakan perusahaannya bisa mendistribusikan dua juta kilogram (kg) logistik setiap bulannya.
"Target pasar yang terus kita bidik terutama sosial-commerce, yang menjual barang lewat instagram dan facebook. Selain itu kita juga meluaskan jaringan dengan keagenan," tuturnya.
Untuk menyokong kinerja Lion Parcel baru saja menandatangani kerja sama dengan PT Kereta Api Logistik (Kalog). Kerja sama ini menjadi satu alternatif yang ditawarkan Lion Parcel di tengah tingginya tarif kargo dan Surat Muatan Udara (SMU).
Fahrian menjabarkan kenapa ada banyak biaya yang harus dikeluarkan jika menggunakan jasa pengiriman udara. Dengan hadirnya alternatif pengiriman barang via darat, pihaknya optimistis efisiensi bisa mencapai 400 persen.
"Karena kalau pakai udara itu ada banyak biaya, enggak cuma sebatas muatan udaranya sendiri, tapi juga ada biaya x-ray, screening, gudang dan lain-lain. Kurang lebih sudah bisa sama membayar untuk transportasi pakai kereta," kata dia.
Selain itu, pengiriman via darat, terutama untuk tujuan Pulau Jawa dinilai lebih hemat waktu ketimbang menggunakan jasa udara.
"Kalau pesawat persiapannya banyak, untuk melakukan pengiriman harus disiapkan lima jam sebelumnya. Setelah mendarat pun ada waktu dua jam untuk bongkar muat. Kalau pakai kereta api lebih singkat, dan untuk provinsi yang enggak punya bandara langsung bisa lebih cepat," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News