Ilustrasi. (FOTO: Media Indonesia)
Ilustrasi. (FOTO: Media Indonesia)

Peternak Ayam Mandiri Mengadu ke Ombudsman

Ilham wibowo • 08 Maret 2019 14:34
Jakarta: Penurunan harga ayam hidup di tingkat peternak dinilai terus merugikan pengusaha level industri kecil dan menengah. Kondisi ini diminta perlu segera dibenahi secara regulasi oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
 
Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra Fatika memaparkan harga rata-rata ayam hidup pada Februari 2019 mencapai kisaran Rp17.300 per kilogram (kg) atau menurun dari periode Oktober 2018 sebesar Rp19.000 per kg. Harga tersebut turun rata-rata sekitar delapan persen per bulan.
 
"Saya potret perkembangan ayam broiler tiga tahun terkahir ini memang ada pertumbuhan tapi menghancurkan peternakan ayam mandiri," kata Yeka saat melapor aduan di kantor Ombudsman, Jakarta, Jumat, 8 Maret 2019.

Laporan para peternak ayam ini juga dihadiri perwakilan Perhimpunan Insan Peternak Rakyat (Pinsar), Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Perhimpunan Peternak Unggas Nasional (PPUN), serta Agriwatch. Aduan tersebut langsung disampaikan kepada Anggota Komisioner Ombudsman Alamsyah Saragih.
 
Yeka memperkirakan kerugian peternak rakyat dapat mencapai Rp2 triliun. Nilai itu dengan hitungan penurunan harga sebesar Rp3 ribu per kg yang disertai dengan potensi 18 juta ekor ayam hidup dan asumsi tingkat kematian lima persen.
 
Kondisi ini pun bisa memberikan dampak lanjutan di kemudian hari bila dibiarkan. Anggota petani unggas rakyat mandiri bahkan jumlahnya kian berkurang setiap tahun.
 
"Kemarin demonstrasi di Indonesia Negara kami sampaikan keprihatinan bahwa harga jual ayam di bawah harga pokok produksi, ini menghancurkan peternak mandiri," kata Yeka.
 
Yeka mensinyalir adanya upaya sistematis dari pelaku industri besar yang hendak menghancurkan peternak rakyat. Menurut dia, saat ini ada dua emiten bidang perunggasan yang telah menguasai 65 persen produksi ayam nasional.
 
"Perusahaan besar juga mereka bermain dengan market yang sama dengan peternak mandiri seperti di pasar becek tradisional, sementara input mereka lebih rendah dari kita," ungkapnya.
 
Selain pasar yang sama, industri terintegrasi juga lebih unggul lantaran bisa mengelola seluruh segmen perunggasan mulai dari pembibitan, pakan dan vitamin ternak. Kebebasan sarana budidaya daya ini pun dinilai perlu dibenahi untuk menjaga kelangsungan peternak yang hanya bisa mengelola pembesaran bibit.
 
"Sejak Oktober 2018 kami sudah berikan peringatan kepada Kementerian Pertanian harga akan terjadi penurunan, sayangnya respons pemerintah dengan aksi stabilitasi hanya asumsi dan imbauan saja, tidak permanen," ungkapnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan