Menteri Perdagangan Enggartiasto Likuta. MI/Galih Pradipta.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Likuta. MI/Galih Pradipta.

RCEP Dinilai Lebih Meyakinkan Ketimbang TPP

22 November 2016 19:56
medcom.id, Jakarta: Pemerintah menyatakan bahwa kerangka kerja sama dalam kemitraan ekonomi komprehensif regional (RCEP) dinilai jauh lebih siap dibandingkan dengan kemitraan trans-pasifik (TPP), terlebih jika Amerika Serikat pada akhirnya menarik diri dari kesepakatan itu. 
 
Menteri Perdagangan Enggartiasto Likuta menyampaikan jika akhirnya Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Donald Trump menarik diri dari TPP, kerja sama tersebut menjadi kurang menarik lagi.
 
"RCEP dilihat lebih maju dan memberikan kepastian. Sementara TPP, inisiatornya (Amerika Serikat) menarik diri," kata Enggartiasto dikutip dari Antara, Kamis (22/11/2016). 

Enggartiasto mengatakan, saat ini, posisi RCEP dinilai mampu memberikan kepastian dibandingkan dengan TPP. Indonesia, baru menyatakan tertarik pada kerja sama yang dimotori Presiden Barack Obama tersebut, akan tetapi belum menyatakan bergabung.
 
Kemitraan Trans-Pasifik tersebut merupakan sebuah blok yang bukan hanya mengatur perdagangan dan jasa. Beberapa hal yang diatur adalah penghapusan tarif ekspor-impor dan perlakuan sama antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan swasta.
 
TPP diinisiasi oleh AS dan memiliki 12 anggota seperti Kanada, Australia, Jepang, Selandia Baru, Meksiko, Chile, Peru, serta empat negara Asia Tenggara, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Vietnam. Namun, kesepakatan tersebut masih belum diratifikasi.
 
Sementara RCEP merupakan gagasan untuk mengintegrasikan kerja sama ASEAN dengan negara-negara mitra dagang lainnya. Mitra dagang tersebut adalah Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, India, Selandia Baru, dan Australia.
 
"Tetapi, kita juga mempersiapkan diri, jika Presiden terpilih Donald Trump bertahan atau keluar dari TPP. Kita semua tidak berhenti, mari kita berjalan," ujar Enggartiasto.
 
Enggartiasto menambahkan, apa yang dilihat oleh AS tersebut merupakan dampak kondisi perekonomian global. Hampir semua negara menghadapi persoalan serupa. Menurut Enggartiasto, Indonesia perlu melihat ke dalam negeri serta membenahi konsumsi nasional.
 
Selain menjadikan pembenahan dalam negeri sebagai prioritas, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan diplomasi perdagangan dengan negara mitra. Peningkatan tersebut, baik dalam skema kerja sama bilateral maupun multilateral.
 
"Terkait kondisi TPP dan Amerika, menurut saya, kita jangan lagi meratapi ini. Kita konsentrasi ke domestik, dan melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dengan atau tidak ada TPP," tuturnya.
 
Donald Trump, dalam kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat beberapa waktu lalu menyatakan bahwa ia akan membatalkan keikutsertaan dalam blok kerja sama Kemitraan Trans-Pasifik. Trump menyatakan bahwa Kemitraan Trans-Pasifik bertentangan dengan agenda pemerintahannya yang mengutamakan 'kepentingan Amerika Serikat'.
 
Namun, para Pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) menyatakan komitmen untuk melawan segala bentuk proteksionisme yang akan diterapkan Amerika Serikat. Para Pemimpin negara-negara APEC pada Konferensi Tingkat
 
Tinggi (KTT) APEC di Lima, Peru, sepakat untuk melanjutkan kerja sama Kemitraan Trans-Pasifik tanpa Amerika Serikat.
 


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan