Alhasil, pasokan daging sapi yang minim ke pedagang, membuat gejolak pasar terjadi karena pasokan minim sedangkan kebutuhannya tinggi. Bahkan, gejolak tersebut sempat membuat para pedagang daging sapi meliburkan diri untuk melakukan aktivitas perdagangan mereka.
Staf Ahli Menteri Pertanian bidang Investasi, Syukur Irwantoro mengatakan, berdasarkan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), sebenarnya persentase masyarakat Indonesia yang mengonsumsi daging sapi hanyalah sebesar 6,58 persen pada 2008 dan 4,58 persen pada 2013. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan jumlah masyarakat Indonesia yang mengonsumsi daging ayam.
"Bangsa ini sebetulnya bukan pengonsumsi daging sapi. Kita itu untuk memenuhi sumber protein hewani berasal dari daging ayam. Kalau (harga) ayam bergejolak, sebenarnya itu yang sangat bahaya," ujar Syukur dalam FGD Stabilisasi Pasokan dan Harga Daging Sapi Oleh Perum Bulog di Kantor Bulog, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (8/9/2015).
Ia menjelaskan, persentase jumlah masyarakat yang mengonsumsi daging ayam, baik ayam ras maupun kampung, jauh lebih besar daripada daging sapi. Sebanyak 79 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi daging ayam.
"Masyarakat Indonesia memang sehari-hari pengonsumsi daging ayam, bukan pengonsumsi daging sapi. Jadi, ini soal alternatif dalam upaya meluruskan dalam menghitung konsumsi per kapita masyarakat terhadap komoditas jenis pangan," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News