Kepala Bank Indonesia Wilayah VII Sumatera Selatan Hamid Ponco mengatakan, peningkatan mutu olahan ini menjadi salah satu upaya mendongkrak harga karet di tingkat petani. Selain itu, peningkatan mutu perlu dilakukan agar mampu bersaing sehingga mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Petani harus didorong menghasilkan produk olahan karet yang bersih, karena selama ini produk asal Sumsel ini citranya kurang bagus, karena kotor. Padahal jika bisa lebih bersih maka harganya juga lebih tinggi," ungkapnya, seperti dikutip dari Antara, di Palembang, Jumat (23/10/2015).
Ia mengungkapkan produk olahan karet petani kerap dicampur dengan kotoran seperti ranting pohon, daun, dan lainnya karena dianggap akan menambah berat bongkahan karet. "Cara seperti ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun sehingga harga di tingkat petani tergolong rendah karena pabrik pembeli harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membersihkannya," jelasnya.
Sementara itu, Deputi Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah VII Sumatera Selatan Juli Budi Winantya menambahkan, selain memperbaiki mutu olahan getah karet, petani juga harus mau meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan untuk keluar dari himpitan ekonomi akibat anjloknya harga jual.
"Pelemahan ekonomi yang terjadi saat ini jangan membuat petani karet menyerah, tapi menjadi pelecut untuk maju. Sebenarnya, ini saat yang tepat mulai membuat produk yang memiliki nilai tambah, atau tidak sebatas menjual bongkahan olahan getah saja selama puluhan tahun," pungkas Juli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News