Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan berdasarkan contoh panen yang sudah untuk gabah kering panen dan gabah kering giling memiliki kadar air yang lebih tinggi sehingga diakuinya kualitas gabahnya kurang bagus.
"Kalau cuaca kurang bagus, akan berpengaruh ke kualitas gabahnya," kata Suhariyanto di kantor pusat BPS, Jakarta Pusat, Kamis, 1 Maret 2018.
Penurunan kualitas gabah berdampak pada harga gabah di tingkat petani dan penggilingan. Untuk harga rata-rata di tingkat petani, gabah kering panen pada Februari 2018 turun 3,84 persen dari Rp5.415 menjadi Rp5.207 per kg dan gabah kering giling turun 0,68 persen dari Rp6.002 menjadi Rp5.961 per kg.
Sementara di tingkat penggilingan, harga gabah kering panen pada Februari 2018 turun 3,70 persen dari Rp5.508 menjadi Rp5.305 per kg dan gabah kering giling turun 0,08 persen dari Rp6.009 menjadi Rp6.099 per kg.
Kendati demikian, Suhariyanto menganggap hal tersebut wajar mengingat adanya cuaca buruk. Dirinya memperkirakan penurunan akan berlanjut hingga pertengahan Maret.
"Kita berharap turunnya jangan terlalu drastis, kasihan petani, makannya Bulog ditugaskan untuk menyerap gabah," jelas dia.
Ditemui secara terpisah, Dirut Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan pihaknya akan mendapatkan rafraksi atau fleksibilitas harga pembelian sesuai dengan kandungan dan kualitas gabah.
"Misalnya untuk gabah kering panen kualitas kadar air 25 persen, ketika musim hujan jadi 30 persen. Maka kita dapat rafraksi, lebih murah karena ongkos untuk mengeringkan ditanggung sendiri," kata Djarot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News