"Besarnya nilai transaksi ini membuktikan semakin pentingnya peran PLK. Saya akan terus mengembangkan PLK ke sejumlah daerah di tahun 2015," kata Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan Sutriono Edi, seperti dikutip dari siaran persnya, Rabu (24/12/2014).
Menurut Sutriono, angka transaksi ini disumbang oleh lima jenis komoditas dengan nilai transaksi terbesar nasional, yaitu beras (Rp239,1 miliar, total volume 28.867 ton); jagung (Rp81,1 miliar, total volume 30.501 ton); sapi (Rp61,5 miliar, total volume 2.398 ton); ikan nila (Rp24,1 miliar, total volume 1.032 ton); dan cokelat (Rp23,6 miliar, total volume 739 ton).
Sementara itu, nilai transaksi PLK di Sulawesi Selatan pada 2014 tercatat sebesar Rp38,3 miliar. Ada lima komoditas yang mempunyai nilai transaksi terbesar di Sulawesi Selatan, yakni beras (Rp11,4 miliar, total volume 1.540 ton); kakao (Rp8,9 miliar, total volume 243 ton); rumput laut (Rp3,5 miliar, total volume 205 ton); cengkeh (Rp2,9 miliar, total volume 20 ton); dan sapi (Rp2,7 miliar, total volume 300 ekor).
Menurut Sutriono, Bappebti sudah merevitalisasi dan meresmikan PLK di sejumlah daerah seperti di Jawa Tengah, Bali, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Penyelenggara PLK di Makassar diberikan pada Koperasi Pusat Komoditi dan Pasar Lelang Agro Sulawesi Selatan (Puskompas). "Kemendag akan terus mengembangkan PLK di tahun-tahun mendatang," ujar Sutriono.
Saat ini terdapat 14 penyelenggara PLK yang dibiayai oleh APBN dan APBD. Pada 2014 ini, lima diantaranya melakukan revitalisasi pasar lelang, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.
Sutriono menyatakan, tantangan mengelola komoditas unggulan seperti kakao, komoditas pangan (padi dan jagung), serta komoditas kelautan (perikanan dan rumput laut) harus dihadapi dengan berorientasi pada agroindustri dan agribisnis serta melalui pengembangan PLK. "PLK dapat memperpendek mata rantai perdagangan, memberikan kepastian hukum, kualitas, kuantitas, dan penyerahan tepat waktu serta menyimpan produk pertanian dengan harga yang rendah," ucap dia.
Lebih lanjut, Sutriono menyampaikan bahwa pengembangan berbagai komoditas unggulan Sulawesi Selatan diharapkan mampu menciptakan kemajuan di sektor pertanian dan menunjang perekonomian, khususnya yang menyangkut pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi Selatan.
Sulawesi Selatan memiliki beragam komoditas unggulan yang berasal dari berbagai sektor, seperti pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan jasa. Komoditas unggulan sektor pertanian adalah jagung, kedelai, kentang, nanas, pisang, ubi jalar, dan ubi kayu.
Subsektor tanaman perkebunan dengan komoditas kelapa sawit, kakao, karet, tebu, kopi, kelapa, cengkeh, jambu mete, kapuk, kemiri, lada, nilam, pala, pinang, sagu, tembakau, dan vanili. Pada subsektor perikanan, komoditas yang diunggulkan berupa perikanan tangkap, budidaya jaring apung, budidaya keramba, budidaya kolam, budidaya laut, budidaya sawah, dan budidaya tambak. Sedangkan, subsektor peternakan komoditasnya adalah sapi, babi, domba, kambing, kerbau, dan kuda. Sementara itu, komoditas subsektor jasa yaitu wisata alam dan wisata budaya.
Untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Sutriono meminta Puskompas memberdayakan petani dan memperluas serta memperkuat jaringan pasar. Selain itu, Puskompas juga diharapkan terus memperluas akses pemasaran hasil panen petani dan menghasilkan komoditas yang berkualitas.
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang pertama dan satu-satunya di Indonesia yang mengimplementasikan Sistem Resi Gudang (SRG) untuk rumput laut di Makassar. Untuk itu, diharapkan pelaksanaannya dapat diikuti daerah-daerah lain.
Hingga 12 Desember 2014, rumput laut yang masuk Gudang SRG mencapai 420 ton. Jumlah ini masih sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah rumput laut yang dihasilkan, sehingga diharapkan petani dan pelaku usaha, serta instansi terkait lainnya dapat terus meningkatkan pemanfaatan rumput laut dan dapat diintegrasikan dengan PLK yang saat ini sudah diresmikan. Nantinya gudang SRG dapat dimanfaatkan sebagai gudang serah atau gudang penyimpanan komoditas yang ditransaksikan di PLK.
Sutriono mengharapkan Puskomas memiliki kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan PLK, salah satunya melalui pengintegrasian SRG online. Pelaku usaha dan petani di Provinsi Sulawesi Selatan juga diharapkan dapat memanfaatkan potensi SRG sebagai salah satu alternatif pembiayaan dan sarana tunda jual yang efektif dalam menghadapi panen raya, dimana pada saat tersebut harga cenderung turun.
"Salah satu masalah dalam sektor pertanian adalah masih panjangnya mata rantai tata niaga pertanian, sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang lebih baik, karena pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil penjualan. SRG merupakan solusi untuk masalah tersebut," tukas Sutriono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News