Gedung Peruri -- FOTO: MTVN/Suci Sedya Utami
Gedung Peruri -- FOTO: MTVN/Suci Sedya Utami

Mengintip Pabrik Pencetak Uang Terbesar ke Empat di Dunia

Suci Sedya Utami • 08 April 2015 10:54
medcom.id, Jakarta: Perum Peruri atau lebih lengkapnya Perusahaan Umum Percetakan Uang Indonesia, disebut-sebut sebagai perusahaan percetakan uang terbesar ke empat di dunia. Peruri setiap tahunnya mampu memproduksi tujuh miliar bilyet uang kertas dan 1,6 miliar keping uang logam.
 
Dalam operasionalnya, Peruri memiliki satu kawasan produksi di Desa Parung Mulya, Kecamatan Ciampel,  Karawang, Jawa Barat dan merupakan objek vital yang dimililki negara, dengan luas 202 hektare (ha). Terdapat tiga bangunan produksi yakni bangunan percetakan uang kertas, bangunan percetakan uang logam, dan bangunan percetakan kertas berharga non uang seperti perangko, pita cukai, paspor, ijazah, sertifikat, dan materai.
 
Ada setidaknya 2.600 karyawan yang dipekerjakan di tempat ini, yang terbagi dalam tiga shift dengan waktu kerja delapan jam ditambah lembur, sehingga diakui memang waktu istirahat sangat terbatas karena hari kerja Senin-Sabtu. Lantas, bagaimana kegiatan peruri sehari-hari dalam mencetak uang?

Untuk menunjang kegiatan bisnis, Peruri memiliki 41 unit mesin produksi uang kertas, jumlah ini bertambah dua unit dibanding 2013 dan 2012. Kapasitas produksi uang kertas ini terdiri dari mesin ofset, intaglio, numbering, dan finishing mesin dalam hitunga jutaan lembar.
 
Kepala Divisi Percetakan Uang Perum Peruri, Samad Haryono menekankan, Peruri hanya mengerjakan produksi dengan jumlah yang dipesan Bank Indonesia, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang. Di pabrik, Peruri murni melakukan kegiatan produksi saja. Terkait bahan baku berupa kertas uang semuanya disediakan Bank Indonesia (BI).
 
"Kami cuma sebagai penjahit, karena saat BI memesan, BI juga menyediakan kertas yang akan dicetak menjadi uang. Jumlah kertas yang kami terima harus sama dengan jumlah kertas yang kami kembalikan, mau nanti tercetak sempurna atau tidak. Kita betul-betul dikontrol BI dalam jumlah," terang Samad.
 
Samad mengatakan proses pembuatan uang kertas setidaknya membutuhkan waktu enam hari hingga nantinya benar-benar menjadi uang kertas. Samad menerangkan design yang nantinya ada pada uang merupakan tema yang ditetapkan BI. Tema tersebut kemudian diterjemahkan oleh designer Peruri dalam bentuk ukuran kecil, yang kemudian ditunjukkan pada Bank Indonesia untuk mendapatkan persetujuan apakah design tersebut bisa dilanjutkan untuk dicetak menjadi uang.
 
Jika telah mendapatkan persebutujuan Bank Indonesia, kata Samad, pihaknya kemudian melakukan offset printing, atau mencetak design yang disepakati dalam kertas uang yang diberikan. Dalam proses ini, terjadi dua kali cetak yakni sisi depan dan belakang dan membutuhkan dua hari agar tintanya mengering.
 
Setelah kering, baru lah dilakukan pemeriksaan manual oleh karyawan yakni dengan melihat dan mencermati kertas-kertas yang sudah tercetak itu. Dalam satu lembar kertas, bisa menampung 45 cetak uang atau biasa disebut brood. Jika selesai diperiksa, kertas tersebut dimasukkan dalam mesin numbering untuk kemudian diberikan nomor seri.
 
Setelah tercantum nomor seri, lembaran diperiksa kembali secara manual karena ditakutkan nomor seri tidak berurut, nomor seri bergeser, dan tidak sempurna, dipisahkan mana hasil cetakan yang sempurna dan yang mengalami cacat atau mengalami kerusakan. Usai diperiksa kembali, barulah kertas tersebut digunting menjadi bagian-bagian layaknya seperti bentuk uang kertas dan di-pack.
 
Untuk hasil cetakan yang cacat atau rusak tetap juga dikirimkan dan dikembalikan ke BI, dengan prinsip seperti sebelumnya disebutkan, jumlah yang kembalikan ke BI sama seperti pada saat mereka memberikan kertas, namun diberi tanda dengan dibolongkan atau dirobek dan dijadikan satu tumpukkan yang menandakan cetakannya gagal. Masalah memusnahkan entah itu dibakar atau dengan cara lainnya, hanya Bank Indonesia yang boleh mengambil alih.
 
"Batas gagal cetak 10 persen, kita beri segel dipotong namun tetap di-package ke BI. Kalau hasil cetak yang gagal melebihi kesepakatan 10 persen, konsekuensinya bukan hanya bayar kertas saja, namun juga bayar handling, karena biaya cetak yang menanggung kita," tutur Samad.
 
Peruri terus menerus melakukan penambahan dan peremajaan alat produksi khususnya mesin yang memberikan kontribusi pendapatan 60 persen, seiring meningkatnya pesanan uang dari BI. Menjelang akhir 2013, Peruri menambah pengadaan mesin satu liniuntuk percetakan uang dan mulai beroperasi November 2014. Mesin satu lini tersebut merupakan mesin produksi uang kertas dengan komposisi satu mesin ofset, dua mesin intaglio, satu mesin numbering, dan satu mesin finishing.
 
Dengan mesin satu lini tersebut, membantu kerja perusahaan untuk melakukan semua proses dengan sistem auto (otomatis), sehingga tidak memerlukan pemeriksaan manual. Mesin tersebut Komori yang merupakan produk buatan Jepang. Sebelumnya Peruri menggunakan mesin KBA dari Swiss.
 
Adapun untuk percetakan uang logam, prosesnya tidak jauh dengan uang kertas. Namun, mekanismenya lebih sederhana dari pada uang kertas yang memerlukan ketelitian, karena tidak membutuhkan tinta dalam mencetaknya.
 
Seperti yang telah diketahui sebelumnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2006, Peruri bukan hanya mencetak uang RI baik kertas maupun logam, Peruri juga mencetak buku paspor, pita cukai, materai serta dokumen sekuriti lain seperti ijazah, perangko, dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut menjadi bagian bisnis Peruri. Bahkan untuk perihal cetak uang, Peruri juga mencetakkan uang kertas milik Somalia dan Nepal, serta uang logam Argentina.
 
Sementara untuk dokumen sekuriti lain seperti  Paspor, Peruri memproduksi paspor untuk Srilanka dan juga tiket penerbangan negara Thailand. Maka dari itu, Peruri juga memiliki mesin dua lini untuk paspor, delapan unit mesin cukai, dua unit mesin percetakan buku 'kir', dan lima unit mesin materai.
 
Lebih lanjut, ada yang unik dalam hal penanaman pengertian bisnis di mindset karyawan. Karyawan hanya mengenal istilah uang yang mereka cetak, mereka kerjakan sebagai sebuah produk saja. Mereka tidak tau berapa besaran nilai uang tersebut. Bahkan ketika Metrotvnews.com bertanya, dalam sehari berapa nilai uang yang didistribusikan ke Bank Indonesia, mereka tidak bisa menjawab nilainya. Mereka hanya tahu jumlah lembar yang diproduksi saja.
 
"Jadi memang di-setting untuk tidak mengenal nilai. Yang kita tahu uang ini produk," jelas Samad.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan