Kepala Kajian Makro LPEM UI Febrio Kacaribu mengatakan penurunan suku bunga the Fed dapat menjadi acuan bank sentral untuk memangkas suku bunga acuannya. Bahkan, BI berpeluang untuk kembali menurunkan bunga acuan pada paruh kedua 2019.
"Bank Indonesia perlu menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Kami melihat bahwa akan ada lebih banyak kesempatan bagi BI untuk melakukan penurunan 25 bps kembali di paruh kedua 2019," ujar Febrio, kepada Medcom.id di Jakarta, Rabu, 19 Juni 2019.
Ia memperkirakan pemotongan suku bunga the Fed sebesar 25 bps oleh FOMC Fed dapat terjadi pada awal Juli. Hal ini akan membantu Bank Indonesia untuk terus melonggarkan kebijakan moneternya.
"BI bisa memulai pelonggaran kebijakan moneternya," imbuh dia.
Di sisi lain, arus modal yang masuk ke dalam negeri semakin meningkat setelah adanya peningkatan peringkat kredit Indonesia menjadi BBB. Peningkatan peringkat ini ikut mendorong kepercayaan terhadap perekonomian nasional, Hal itu terlihat dari imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun yang turun menjadi 7,7 persen dari 8,18 persen pada Mei lalu.
"Adanya perbaikan peringkat tersebut, diprediksi semakin memperkuat kepercayaan investor pada pasar Indonesia, hingaa memberi ruang bagi BI untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya," tambah Febrio.
Sementara itu, indikator pertumbuhan ekonomi lain terutama investasi masih belum menunjukkan perbaikan signifikan. Pemerintah dinilai perlu mempercepat reformasi dalam kemudahan berbisnis agar dapat bersaing dengan negara berkembang lainnya yang berusaha mendapatkan relokasi FDI sebagai dampak dari perang dagang AS-Tiongkok.
"Secara keseluruhan, pertumbuhan PDB terkini, yang hanya tumbuh 5,07 persen pada kuartal terakhir, masih membayangi pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
Adapun selama satu tahun terakhir, BI telah menujukkan sikap prostabilitas dengan terus menaikkan suku bunga acuan sampai 1,75 basis poin hingga menyentuh dan bertahan di level 6 enam persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News